REPUBLIKA.CO.ID, QATAR — Piala Dunia 2022 di Qatar pada November akan tak seperti para turnamen pendahulunya ketika tuan rumah menghadapi tantangan logistik seperti menyediakan akomodasi yang cukup hingga mengatasi para penggemar yang susah dikendalikan.
Qatar, yang kurang lebih luasnya seperti Jamaika, juga menjadi negara terkecil yang akan menggelar turnamen akbar sepak bola itu dengan para penggemar dari 32 negara yang akan menyaksikan pertandingan di delapan stadion yang terletak di sekitar ibukota Doha.
Salah satu sisi positifnya adalah para fan akan dapat menjangkau seluruh arena pertandingan dengan mudah, memperbesar kemungkinan melihat lebih dari satu laga per harinya.
Hal itu kontras dengan pengalaman di Rusia dan Brazil di mana penonton sering harus terbang untuk menonton pertandingan di kota lain.
Akan tetapi, itu juga berarti pasar akomodasi Qatar akan penuh sesak. Penyelenggara memperkirakan 1,2 penggemar akan tiba di negara tersebut selama 28 hari penyelenggaraan turnamen.
Presiden FIFA Gianni Infantino, yang mewarisi keputusan mengizinkan Qatar menjadi tuan rumah setelah menggantikan Sepp Blatter yang terlibat skandal, pada awalnya melihat kemungkinan bagi negara-negara tetangga di kawasan untuk berbagi tugas menggelar turnamen tersebut.
Namun, opsi itu dibatalkan dan Infantino masih ingin menggambarkan Piala Dunia itu sebagai kesempatan bagi para penggemar merasakan dunia Arab yang lebih luas.
"Akan ada akomodasi untuk setiap orang yang ingin tinggal di Qatar, tapi mungkin seseorang ingin merasakan sehari di Dubai atau Abu Dhabi atau Muscat atau Riyadh atau Jeddah atau di manapun di kawasan ini dan mereka akan memiliki kesempatan untuk pergi dan mengunjungi negara-negara lain selama tinggal di kawasan ini," kata Infantino dalam wawancara dengan Reuters.
"Itu yang pastinya kami juga rekomendasikan, karena saya kira salah satu pengalaman terbesar di Piala Dunia yang satu ini... adalah kesempatan bagi orang-orang mendatangi suatu negara dan menjadi bagian dari dunia yang mungkin belum mereka ketahui," kata dia.
Saran yang masuk akal, tetapi itu hanya berlaku bagi mereka yang memiliki kantong tebal, belum lagi berlawanan dengan upaya penyelenggara di Qatar yang ingin membuat Piala Dunia kali ini terjangkau bagi para fan yang memiliki bujet pas-pasan.
Batas atas harga penginapan
Jurnalis Reuters Simon Evans melaporkan dari Doha bahwa panitia juga menetapkan batas atas harga kamar-kamar hotel untuk para suporter, dengan harga kamar bintang tiga paling mahal dipatok 120 dolar AS.
Pemerintah Qatar menjanjikan 130.000 kamar, termasuk hotel dan 60.000 kamar di apartemen dan villa, ditambah sekitar 4.000 kamar di dua kapal pesiar serta sisanya di wisma suporter.
Ofisial setempat juga mencoba memastikan para penggemar, yang terbiasa menikmati bir saat menonton pertandingan, memiliki sejumlah alternatif untuk bar-bar hotel untuk ekspatriat di mana harga satu kaleng bir pint bisa berharga 18 dolar.
Kendati alkohol biasanya tersedia di tempat-tempat tersebut, panitia mendirikan zona khusus bagi para fan di berbagai tempat selama turnamen sehingga para penggemar dapat melihat pertandingan dan minum dengan harga yang lebih familier.
"Harga alkohol akan dibatasi di zona fan itu, mirip dengan apa yang dibuat di Piala Dunia Klub FIFA 2019 di mana satu kaleng pint sekitar lima poundsterling," kata sumber Reuters.
Zona fan dan semua arena akan harus mampu mengakomodasi para penggemar dari 32 negara, tidak seperti di kebanyakan turnamen di mana negara-negara tuan rumah menyambut tamu dari dua negara saja.
"Saya yakin dengan banyaknya warga negara asing dan orang yang datang serta berbaur akan sangat menguntungkan, dan akan juga membuat serta mengangkat Piala Dunia menjadi pertemuan sosial yang benar-benar akbar," kata Infantino.
Pertemuan akbar itu juga bakal membutuhkan polisi serta petugas keamanan yang terampil mengingat sejarah turnamen sepak bola tak bisa lepas dari bentrokan suporter.