YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Era disrupsi mengandung dua makna. Pertama, spektakuler yang bersifat netral bagian dari kemajuan teknologi. Kedua, kekacauan nilai yang merusak tatanan dunia baik sosial, ekonomi, politik, dean budaya. Karenanya, penting bagi Muhammadiyah merespon atau menjawab tantangan global ini agar kehidupan tetap ada sentuhan agamanya tapi pada saat bersamaan juga dekat dengan ilmu pengetahuan atau memiliki kecerdasan intelektual yang baik. Hal ini Disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada pembukaan Pengajian Ramadham 1443 H PP Muhammadiyah.
Pada literasi klasik, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan, Ihya ulumudin karya Imam Ghazali bisa dijadikan rujukan dalam hal menghadirkan religiusitas terutama bagi pribadi.
Agak kekinian, sambungnya, ada karya Buya Hamka tentang Tasawauf Modern.
Terbaru melalui Tanwir 2019 di Bengkulu, Muhammadiyah mengeluarkan Risalah Pencerahan sebagai pedoman kekinian dalam menyikapi perubahan zaman terutama era disrupsi ini. Di mana era ini lebih banyak menonjolkan banyak hal yang sifatnya instan, praktis, teknis.
Berikut 8 poin Risalah Pencerahan Muhammadiyah :
Gerakan pencerahan menampilkan agama untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan.