REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan platform metaverse atau aktivitas virtual dengan pengalaman seperti di dunia nyata dinilai bakal berdampak signifikan ke semua aspek perekonomian pada masa mendatang, sehingga akan semakin banyak perusahaan yang berkecimpung di dalamnya.
"Saat ini, banyak yang berlomba masuk metaverse karena infrastruktur yang sebelumnya lebih mahal, kini lebih terjangkau," kata CEO & Co-Founder WIR Group Michael Budi dalam webinar Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022 dengan tema "How Will Metaverse Change The World" di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu (6/4/2022).
Ia mengemukakan, Metaverse sebagai sebuah terobosan inovasi teknologi mulai menjadi tren baru di dunia. Michael mengatakan, metaverse dengan perangkat augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat digunakan oleh masyarakat luas dan perusahaan.
Tujuan penggunaan metaverse, lanjutnya, untuk meningkatkan kinerja bisnis dan meningkatkan penjualan, serta banyak merek perusahaan yang saat ini berlomba masuk metaverse.
Ia menambahkan, dengan platform metaverse, orang tidak hanya mengonsumsi, namun juga menghasilkan atau memproduksi. Contohnya, saat ini gen Z menghasilkan konten di Youtube.
"Konsep menghasilkan pada metaverse yang dapat digunakan secara umum berlaku juga untuk UMKM dan semua toko. Semua bisa memproduksi sesuatu dan menghasilkan di dalamnya," ujar Michael.
WIR merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang merambah teknologi metaverse. Perusahaan teknologi yang berdiri sejak 2009 ini sudah melayani lebih dari seribu proyek di 200 negara untuk pembuatan toko virtual dan perangkat internet of things berbasis augmented reality.
Belakangan, WIR bekerja sama dengan Bank BNI untuk membuat metaverse. SEVP Digital Business PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Rian Eriana Kaslan menjelaskan BNI masuk ke metaverse dengan tujuan perkembangan teknologi.
"Kita antisipasi metaverse sebagai perkembangan teknologi yang sesuai dengan keinginan nasabah untuk mendapat pengalaman yang lebih baik. Dan pengalaman tidak hanya saat melakukan transaksi tapi lebih banyak kepada bagaimana menggunakan metaverse," kata dia.
Ia mengatakan, BNI mempertimbangkan penggunaan metaverse untuk mendapatkan pengalaman terbaik yaitu edukasi dan informasi nasabah atau calon nasabah dari masyarakat dalam meningkatkan literasi keuangan.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto menyebut riset per 2019 menunjukkan VR dan AR berpotensi meningkatkan GDP global hingga 1,5 triliun dolar AS.
Selain itu, VR dan AR ini memberi dampak terhadap pekerjaan. Data menunjukkan ada peningkatan jumlah tenaga kerja di 2019. Ada 824 ribu pekerjaan yang dikaitkan dengan VR dan AR. Namun, dari proyeksi yang dilakukan pada 2030 akan mencapai 23,3 juta pekerjaan baru.
"Kita melihat secara mendalam metaverse dampaknya terhadap masa depan ekonomi digital. Saya kutip JP Morgan, metaverse ini akan menyusup ke semua lini ekonomi. Peluang ekonomi diperkirakan mencapai kurang lebih 1 triliun dolar per tahunnya. Sangat besar nilainya, bahkan lebih dari pada itu diperkirakan pada 2026, 25 persen dari masyarakat akan menghabiskan waktunya setidaknya 1 jam per hari di metaverse. Bahkan, 30 persen organisasi dunia akan miliki produk dan layanan yang siap diakses di metaverse," papar dia.