Pengungsi Afghanistan saat itu tiba di wilayah New Mexico. Abdul Amir Qarizada masih ingat betul detik-detik saat ia meninggalkan tanah airnya.
Tepat pada pukul 16.30 waktu setempat, ia diperintahkan pergi meninggalkan Kabul selama kekacauan evakuasi tanpa diberi waktu untuk mengajak istri dan lima anaknya yang masih ada di Afganistan.
“Kekhawatiran saya adalah pesawat itu aman, tetapi keluarga saya tidak aman,” kata eks insinyur penerbangan setelah sholat Jumat di satu-satunya masjid Las Cruces.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Qais Sharifi yang tidak bisa tidur karena khawatir memikirkan anak-anaknya, termasuk putrinya yang lahir dua bulan setelah ia melarikan diri dari Afghanistan sendirian. Kedua pria itu tersenyum ketika Direktur Pendidikan Masjid Rajaa Shindi yang merupakan seorang profesor kelahiran Irak, mengundang mereka untuk berbuka puasa.
Tidak hanya Muslim setempat, organisasi berbasis Yahudi dan Kristen membantu pengungsi Afghanistan menemukan perumahan, pekerjaan, kelas bahasa Inggris, dan sekolah untuk anak mereka. Di Texas, Dawood Formuli merindukan rutinitas pra-buka puasa khas keluarganya, seperti ayahnya yang lapar meminta makanannya dengan kesal dan ibunya meminta suaminya untuk tenang.