Rabu 06 Apr 2022 19:43 WIB

ADB Perkirakan Pendapatan Negara RI pada 2022 Kembali Lampaui Target

Pada tahun ini, pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp 1.846,1 triliun.

Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). ilustrasi
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Bank Pembangunan Asia (ADB) Henry Ma memperkirakan pendapatan negara Indonesia pada 2022 kembali melampaui target seperti tahun lalu yang sebesar Rp 2.0031 triliun atau 114,9 persen dari target APBN 2021 yakni Rp 1.743,6 triliun. Adapun pada tahun ini, pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp 1.846,1 triliun dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

"Pemulihan ekonomi terus menguat di Indonesia untuk tahun ini," ujar Henry dalam media briefing yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu (6/4/2022).

Baca Juga

Ia menyebutkan terdapat tiga alasan yang mendasari perkiraan peningkatan pendapatan negara yang bisa melampaui target tersebut, yaitu pertama mulai meningkatnya aktivitas ekonomi di Tanah Air. Hal tersebut terlihat dari berbagai indikator aktivitas konsumen di kuartal pertama pada tahun ini yang semakin meningkat, seperti indeks keyakinan konsumen, indeks penjualan eceran, dan sebagainya.

Alasan yang kedua adalah adanya beberapa perubahan dalam kebijakan pajak yang mulai diimplementasikan pada tahun ini.Henry menambahkan. Alasan ketiga yakni meski terdapat kenaikan harga gandum dan minyak mentah global yang berpotensi mengerek inflasi, peningkatan harga batu bara, minyak sawit, dan nikel akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada Indonesia.

"Dengan demikian dampak shock harga komoditas terhadap kondisi fiskal seharusnya negatif, tetapi modest atau sederhana," ucap dia.

Meski begitu, dia memperkirakan inflasi yang kemungkinan meningkat hingga 3,6 persen pada tahun ini akibat kenaikan harga makanan dan bahan bakar akan memberi tekanan kepada kebijakan subsidi pemerintah.

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) pada tahun ini diperkirakan tak begitu suportif karena Bank Sentral akan meningkatkan kebutuhan cadangannya, sementara pembagian beban bersama pemerintah alias burden sharing juga hanya akan dilakukan sampai akhir tahun ini.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement