REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, negosiasi antara negaranya dan Ukraina masih terus berlanjut. Namun dia mengakui, proses pembicaraan masih menghadapi kesulitan dari yang diharapkan.
“Proses kerja terus berlanjut, tetapi jauh lebih sulit daripada yang diinginkan. Tentu saja, kami ingin melihat kemajuan yang lebih besar di pihak Ukraina. Masih ada jalan panjang di depan,” kata Peskov kepada awak media pada Rabu (6/4/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Peskov, setiap kali ada harapan untuk kemajuan dalam negosiasi, beberapa hambatan seketika muncul. Dia mencontohkan “kepalsuan” situasi yang berlangsung di Bucha. Peskov berpendapat, hal itu mampu mengganggu proses pembicaraan.
Saat ini Rusia tengah menghadapi gelombang kecaman baru. Pasukan mereka dituduh menargetkan dan membantai warga sipil di kota-kota sekitar Kiev, terutama Bucha. Rekaman video yang beredar luas di media sosial menunjukkan mayat-mayat warga sipil bergelimpangan di jalanan kota Bucha.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, rekaman video yang menunjukkan mayat warga sipil bergeletakan di kota Bucha pasca pasukan Rusia mundur dari daerah itu merupakan “serangan berita palsu”. Menurut Lavrov “pementasan” tersebut bertujuan meningkatkan sentimen anti-Rusia.
“Pada hari lain, serangan palsu lainnya dilakukan di kota Bucha di wilayah Kiev setelah militer Rusia meninggalkannya sesuai dengan rencana dan mencapai kesepakatan. Beberapa hari kemudian, pengaturan panggung diselenggarakan di sana, yang sekarang dipromosikan lewat semua saluran serta jaringan sosial oleh perwakilan Ukraina dan pelanggan Barat mereka,” kata Lavrov selama pertemuannya dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths, Senin (4/4/2022), dikutip Anadolu Agency.
Lavrov menjelaskan, pasukan Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Sehari setelahnya, wali kota Bucha mengumumkan bahwa kondisi di sana baik-baik saja. “Kemudian beberapa hari kemudian, tiba-tiba sebuah pertunjukan diselenggarakan di jalan-jalan kota untuk tujuan anti-Rusia lebih lanjut,” ucap Lavrov.
Menurut dia, hal tersebut merupakan provokasi dan mengancam perdamaian serta keamanan internasional. Lavrov mendesak Inggris selaku ketua Dewan Keamanan PBB bulan ini untuk menggelar pertemuan membahas situasi di Bucha.