Dia juga selalu ingat ungkapan mendiang ibunya tentang pentingnya persiapan diri di awal Ramadhan. Sejak kecil, ibunda Shahdad telah mempersiapkan mental anaknya menjelang Ramadhan. Sehingga saat masuk bulan Ramadhan, anak pun terbawa suasana dan mengikuti perjalanan spiritual orang tuanya.
Puasa juga tidak membuat Shahdad lamban. Dia malah menjadi lebih energik dan bersemangat menjalani aktivitas sehari-hari. Berbagai kegiatan selama Ramadhan telah diatur dengan baik, mulai dari persiapan sahur diikuti sholat Subuh, kemudian bekerja sesuai jadwal. Setelah bekerja, ia membantu mempersiapkan buka puasa. "Semua keluarga bergabung untuk berbuka puasa, inilah momen yang berharga," katanya.
Ramadhan adalah bulan yang suci. Ramadhan mengisi ulang sisi spiritual setiap insan yang beriman dan juga membantu mengasimilasi ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Berada di bulan Ramadhan, berarti berada dalam kebahagiaan spiritual. "Ini membuat saya merasakan kedamaian," ujar Shahdad.
Ramadhan merupakan momentum yang istimewa tidak hanya bagi kalangan rumah tangga, tetapi juga para pedagang Kashmir. Betapa tidak, Ramadhan menjadi saksi sibuknya kegiatan komersial dan perdagangan. Selama sebulan itulah, bazar digelar. Banyak toko penjual kurma, manisan, dan makanan yang digoreng atau dipanggang.
Namun, transaksi perdagangan pada tahun ini tampak lesu. Salah satu pemilik toko di Srinagar, Nooruddin mengatakan, harga grosir berbagai barang yang dijual selama Ramadhan terlalu tinggi. Kashmir menghadapi begitu banyak masalah, ditambah lagi dengan kenaikan harga bahan bakar yang tentunya bakal memengaruhi bisnis.
"Sebelumnya, kami menjual kurma dan buah ara dengan harga yang sangat rendah. Dan sekarang, harganya telah mencapai puncaknya dan terlalu tinggi. Pemerintah harus melakukan sesuatu untuk menurunkan harga dan meringankan beban masyarakat umum. Kashmir sudah menghadapi beban situasi saat ini," kata Nooruddin, seperti dilansir Brighter Kashmir.
Toko dan outlet perdagangan lain di dekat Nooruddin juga tampak penuh sesak dengan barang-barang yang tidak terjual. Banyak pengunjung yang terlihat mondar-mandir di jalan, tetapi jarang berhenti di warung mana pun. Beberapa memang berhenti, tetapi setelah mengajukan pertanyaan tentang barang dan harganya, mereka menawar dengan harga yang lebih baik.