Menjelang Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April beredar ajakan yang tersebar viral untuk menghapus pesan elektronik atau email. Pesan berantai dalam itu meyakinkan bahwa menghapus email akan membantu mengurangi pemanasan global atau global warming.
Benarkah menghapus email berkorelasi dengan pengurangan pemanasan global? Signifikan kah dengan menghapus email dapat meredam pemanasan global yang saat ini diyakini sedang terjadi?
Pemanasan global memang menjadi isu yang diperbincangkan dengan beragam kontroversi yang membingkainya. Mereka yang pro terhadap isu pemanasan global meyakini bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas manusia di banyak negara. Kerusakan lingkungan itu, antara lain, dipicu produksi ga rumah kaca sehingga meningkatkan konsentrasi ozon (O3), penggunaan bahan bakar fosil yang berlebih, sampah plastik yang tak bisa terolah kembali, dan lainnya.
Adapun mereka yang kontra terhadap isu pemanasan global berpendapat bahwa pemanasan global hanya diciptakan oleh negara-negara maju untuk menekan negara-negara berkembang. Negara-negara maju banyak berkontribusi dalam menghasilkan polusi udara melalui proses industrialisasi yang mereka lakukan. Sedangkan di negara berkembang, kondisi lingkungan masih terawat dengan baik dan memberikan sumbangan terhadap oksigen dunia.
Dengan adanya pemanasan global, diharapkan tidak perlu lagi ada proyek industrialisasi yang bakal meningkatkan polusi udara dan peningkatan gas rumah kaca, sebagaimana yang selama ini telah dilakukan oleh negara-negara maju. Negara-negara berkembang tidak perlu mengikuti jejak negara-negara maju ini. Pemanasan global harus disetop!
Apapun argumentasi masing-masing pihak ini, fakta berbicara bahwa pencemaran lingkungan dan kerusakan alam terus terjadi setiap detik akibat ulah manusia. Bencana banjir yang dipicu daerah aliran sungai dan hutan yang rusak, diungkap banyak pakar lingkungan. Pembangunan kawasan permukiman dan perkotaan yang tak memperhatikan tata lingkungan juga diurai menjadi penyebab bencana alam. Polusi udara akibat beredarnya kendaraan yang tak ramah lingkungan.
Mengurangi email kurangi emisi karbon?
Dan saat ini sedang ramai diperbincangkan bahwa penumpukan e-mail bisa berakibat pada pemanasan global. Tumpukan email diklaim bakal menyebabkan kinerja cloud server layanan email membesar dan menghasilkan polusi sehingga menaikkan tingkat emisi karbon Bumi. Benarkah emisi karbon penyebab pemanasan global itu karena penumpukan email? Apakah email bisa menghasilkan karbon?
Mengutip dari tulisan yang dimuat di situs World Economic Forum berjudul "How your 'thank you' emails are polluting the planet" pada 17 Desember 2019 disebutkan bahwa jika setiap orang Inggris mengirim cukup satu email sehari, negara itu bisa mengurangi produksi karbon hingga 16.433 ton. Angka ini diklaim setara dengan lebih dari 81 ribu penerbangan dari London ke Madrid.
Menurut studi OVO Energy, orang Inggris mengirim lebih dari 64 juta email yang tak perlu setiap hari. Sebanyak 49 persen orang Inggris sering mengirim email ke rekan kerja dalam jarak bicara. "Sebanyak 71 persen orang Inggris ikhlas tidak menerima kiriman email 'terima kasih' bila itu bisa membantu lingkungan," tulis di situs WEF.
Pakar jejak karbon dari Lancaster University Inggris, Mike Berners-Lee, berdalih, ketika seseorang mengetik, maka komputer tersambung dengan listrik. Saat mengirim email lewat internet, jaringan yang digunakan juga membutuhkan aliran listrik.
Berners-Lee yang juga menjadi penasihat OVO di studi tersebut juga berpendapat, email yang dikirim tersimpan di cloud server. Pusat penyimpanan data itu sejatinya adalah mesin-mesin yang beroperasi karena ada listrik. Menurutnya, jejak karbon dari teknologi informasi itu bisa sangat besar.
Akankah demikian?
Mengurangi emisi karbon tidak sesimpel dengan mengurangi email yang menumpuk atau jumlah email yang dikirim setiap hari. Andaikan pun simulasi emisi karbon dengan mengurangi pengiriman email itu betul, jumlahnya masih jauh lebih kecil ketimbang emisi karbon global per tahunnya.
Mengutip artikel "Climate change: Can sending fewer emails really save the planet?" di BBC pada 19 November 2020, emisi karbon tahunan Inggris mencapai 435,2 juta ton. Data yang dibuat per 2019 ini menunjukkan, pengurangan emisi karbon dengan mengurangi email setiap hari hanya menyumbang 0,0037 persen dari total emisi karbon tahunan Inggris. Itu pun bisa tercapai jika semua warga Inggris melakukannya.
Profesor bidang keberlanjutan dan sistem komputer di Universitas Bristol, Chris Preist, memberikan analisisnya. Menurut dia, estimasi pengurangan emisi karbon itu terjadi bila semua faktor terlibat. Semisal, energi yang digunakan oleh server, Wi-Fi di rumah, laptop, termasuk karbon yang dikeluarkan pembangunan gedung pusat data.
Namun masalahnya, apakah email itu terkirim atau tidak, tetap saja energi dari perangkat yang terlibat tersebut tetap mengeluarkan emisi karbon. Penghematan kecil mungkin dilakukan, kata Preist, jika mengurangi penggunaan pusat data. Meski pengurangan jumlahnya tetap masih kecil sekali.
Semestinya, kata Preist, sebagai pengguna, masyarakat tak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak aktivitas kecil yang mereka lakukan terhadap perubahan iklim. "Seharusnya, perusahaan penyedia layanan itu merancang sistem agar bekerja dengan efisiensi daya seminim mungkin," kata Preist.
Kerusakan alam akibat ulah manusia
Di Alquran, jelas sekali Allah SWT menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan itu lantaran ulah manusia sendiri. "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka measakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS ar-Ruum [30]: 41).
Fakta kasat mata memperlihatkan kerusakan alam dan lingkungan lebih banyak terjadi di masa kini. Industrialisasi, sebagai salah satu contoh, meningkatkan polusi udara yang membuat udara tak nyaman dihirup. Udara makin kotor, sampah yang merusak lingkungan kian tak terkendali. Suhu permukaan Bumi pun naik akibat polusi udara ini.
Penggundulan lahan dan hutan demi 'pembangunan' dan 'kesejahteraan manusia' ternyata berbuntut banjir dan tanah longsor. Cuaca ekstrem pun kerap terjadi. Kekeringan panjang di suatu wilayah, hujan dengan curah tinggi di daerah lain.
Kerusakan lingkungan dan alam yang terus menerus bukan tak mungkin membuat Bumi tak lagi nyaman dihuni. Jika kerusakan itu tak terkendali, akhir zaman bagi Bumi bisa makin cepat, hanya tinggal menghitung hari.
Hal yang bisa mempercepat zaman berakhir. Akhir zaman bagi Bumi bermakna berakhir pula akhir dari peradaban manusia. Namun, hanya Allah SWT yang mengetahui kapan zaman berakhir bagi peradaban manusia. Akhir zaman menjadi rahasia Allah SWT.
Wallahu a'lam.