Jumat 20 Aug 2010 21:26 WIB

Ini Dia Kiat Agar Napas Tak Bau Saat Berpuasa

Rep: Dewi Mardiani/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Napas yang berbau tak dapat dihindari oleh orang yang berpuasa. Meski begitu, bau mulut bisa diminimalkan dengan beberapa cara, tanpa mengurangi ibadah puasanya.

Menurut Drg Yeni Wijaya dari RS Gigi Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, penyebab bau mulut berasal dari berbagai faktor. Penyebab halitosis adalah keberadaan penyakit sistemik, keadaan di rongga mulut yang tak sehat, dan dehidrasi.

''Kita lihat dulu penyebabnya untuk bisa mengatasinya,'' katanya saat dikunjungi di klinik dokter gigi tempatnya berpraktik di kawasan Jakarta Selatan, Senin (16/08).

Bau mulut merupakan indikasi adanya gangguan penyakit lain. Kondisi kesehatan mulut itu sama dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dia mengatakan, bila ada masalah sistemik di dalam tubuh, salah satu indikasinya bisa dilihat dari kesehatan di mulut.

Penyakit sistemik juga bisa dilihat dari keadaan mulut, yaitu dari indikasi halitosis. Penyakit yang khas mengeluarkan bau mulut adalah adanya kelainan di saluran pencernaan dan juga diabetes. ''Para penderita diabetes biasanya mengeluarkan napas khas berbau aseton yang diakibatkan kurangnya kadar insulin dalam tubuh.''

Keadaan rongga mulut yang tak sehat memberikan dampak yang nyata pada halitosis. Beberapa bagian yang tak sehat pada mulut antara lain gusi yang teriritasi, gigi berlubang, karang gigi, indikasi kelainan (sariawan, gusi berdarah), dan sakit tenggorokan.

Faktor lain yang menyebabkan bau mulut adalah dehidrasi. Kurangnya asupan cairan membuat ketidakseimbangan flora di dalam mulut, sehingga mengeluarkan bau.

Selain itu, Yeni menyebutkan, ada kecenderungan pada segelintir orang yang mengalami gangguan psikologis yang membuat seseorang merasa seakan-akan dirinya selalu mulutnya berbau. ''Ada ketakutan seperti itu, atau halitophobia. Dia selalu cemas dirinya merasa mulutnya bau, padahal, pada saat dilihat, ternyata baik-baik saja.''

Faktor lain yang menyebabkan halitosis adalah dari makanan. Beberapa jenis makanan mengeluarkan dan meninggalkan bau yang tak sedap. Misalkan, jengkol, petai, rokok, dan makanan-makanan lain yang berbau tajam. ''Dalam berpuasa, bisa saja dihindari makanan seperti ini. Namun, bila tidak bisa dihindari, tentu diperlukan tindakan penghilangan baunya. Misalkan dengan mengonsumsi makanan lain yang menutup baunya, atau dengan menggosok gigi.''

Aspek yang sangat jelas berdampak langsung pada halitosis adalah keadaan rongga mulut yang tak sehat. Gigi berlubang dan gigi berjejal membuat kantung-kantung bagi makanan untuk berkumpul.

Di dalam mulut hidup berbagai macam flora, termasuk bakteri. Dalam rongga mulut yang sehat, terdapat keseimbangan antara flora yang baik dan yang jahat. Namun, dalam keadaan tertentu, akan menyebabkan ketidakseimbangan flora. Salah satu dampaknya adalah halitosis.

Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan di antara gigi atau pada gigi berlubang dan di karang gigi akan menjalani proses fermentasi oleh flora (bakteri) di dalam mulut. Koloni bakteri fermentasi ini akan meningkat di dalam mulut dan membuat ketidakseimbangan flora di dalamnya.

Bakteri seperti streptococus aureus, streptococus mutans, bacillus, dan lain-lain akan berkumpul di sisa-sisa makanan pada gigi. Bakteri itu memproses sisa makanan untuk metabolismenya dengan mengubah glukosa pada sisa makanan menjadi asam. ''Selama proses itu, bakteri mengeluarkan gas-gas dan asam yang menyebabkan halitosis dan membuat gigi berlubang,'' jelas dokter gigi yang mendalami prostodonsia (gigi palsu) ini.

Keadaan gusi yang teriritasi, sariawan, dan sakit tenggorokan merupakan radang. Peradangan ini juga membuat bakteri-bakteri tertentu bermetabolisme dan mengeluarkan gas yang tak sedap baunya. Bahkan, beberapa kasus menimbulkan pendarahan dan nanah (abses).

Pada saat berpuasa, tidak ada asupan minum selama subuh hingga maghrib. Rendahnya cairan di dalam mulut juga membuat ketidakseimbangan flora di dalamnya.

Masalah sistemik, khususnya untuk diabetes dan masalah pencernaan memang harus ditangani dengan baik sebelum berpuasa. Terapi tertentu perlu dilakukan agar mereka bisa berpuasa. Untuk gangguan pencernaan, bila sembuh dan dapat diatasi, maka halitosis bisa berkurang.

Sebelum berpuasa, Yeni menyarankan agar menjaga kesehatan gigi dan rongga mulutnya. Perlu dilakukan pembersihan karang gigi, penambalan gigi, pengobatan gusi teriritasi, dan lain-lain. ''Yang jelas, selama berpuasa, hendaklah menjaga kebersihan gigi dan rongga mulutnya dengan rutin membersihkan gigi setelah sahur dan berbuka puasa.''

Untuk mengatasi dehidrasi selama berpuasa, dia menyarankan untuk menjaga asupan cairan setiap harinya. ''Diusahakan minum tak kurang dari 2 liter air sehari. Diatur saja pada waktu berbuka hingga sahur.''

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement