Wael Dabbous dari AICP telah melihat jumlah keluarga yang membutuhkan dukungan melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari dua tahun yang lalu, sebelum mata uang turun dan nilai gaji yang setara dengan dolar anjlok, ia mencatat kurang dari 10 keluarga yang mencari bantuan dan kini angkanya bertambah menjadi "ribuan".
“Sebelum dua tahun ini, Bchemoun dalam kondisi hebat. Tetapi sekarang, sebagian besar keluarga dihadapkan pada tidak ada pilihan lain, selain bergantung pada bantuan makanan," ujarnya.
Pada satu Minggu saja selama Ramadhan, dia mengatakan 412 keluarga mendatangi sebuah sekolah di Bchamoun untuk mengambil paket makanan, voucher dan peralatan kebersihan.
“Tentu saja, jika kami tidak membutuhkan ini, kami tidak akan datang ke sini. Dengan cara ini kita bisa mendapatkan lebih banyak barang untuk rumah, karena kita mendapatkan makanan ini,” kata Umm Maryam.
Ia memaparkan bantuan makanan yang didapatkan bisa membantunya mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membeli bahan bakar mobil, dan membayar sewa dan listrik.
Duduk di sebuah meja panjang di sekolah, para relawan membantu mengkoordinasikan distribusi paket makanan, yang disumbangkan oleh Islamic Relief USA.
Jihad Al Shami, seorang ayah tiga anak berusia 48 tahun, dulu menjalankan bisnis pakaiannya sendiri. Tetapi ia harus kehilangan usaha tersebut di tengah gejolak ekonomi. Dan saat dia bekerja lagi di supermarket terdekat, dia mengatakan situasinya semakin buruk.
“Karena situasi buruk di Lebanon, bahkan bantuan yang lebih sedikit dari yang didapatkan saat ini tetap akan menjadi bantuan besar bagi orang-orang,” lanjutnya.
Begitu parahnya krisis keuangan dan hilangnya nilai pound Lebanon, Al Shami mengatakan bahkan rekan-rekannya yang dibayar relatif baik dari dirinya memiliki risiko menghabiskan semua gaji bulanan mereka dalam 10 hari pertama atau lebih setelah dibayarkan.