Senin 25 Apr 2022 00:22 WIB

Konsolidasi Umat Islam Mutlak Diperlukan, Tetapi Tantangannya Cukup Besar  

Konsolidasi umat Islam sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa dan negara

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilutrasi umat Islam. Konsolidasi umat Islam sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa dan negara
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Ilutrasi umat Islam. Konsolidasi umat Islam sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa dan negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bagaimana seharusnya umat Islam di Indonesia menyatukan kekuatan. Jawabannya adalah yang harus dilakukan adalah konsolidas. 

Hal ini disampaikan Ketua Komisi II DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, menghadiri agenda Dinamiku Darul Hikam bertajuk 'Program dan Agenda Umat Islam Menuju Indonesia Emas 2045', secara daring, pada Ahad (24/4/2022). 

Baca Juga

Menurutnya, konsolidasi di antara kekuatan umat Islam ini tidak boleh berhenti. Apalagi selama ini sebetulnya ada kesempatan untuk bisa melakukan konsolidasi di antara umat Islam baik itu sebagai kekuatan sosial maupun kekuatan politik. 

"Sayangnya kita tidak punya mekanisme komunikasi yang efektif dan produktif terhadap langkah-langkah tentang agenda bersama yang tentunya ini juga memberikan keuntungan kepada umat Islam, yang menjadi bagian dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan," ujarnya. 

Karena itu, Doli menilai, penting bagi umat Muslim Indonesia untuk merumuskan mekanisme komunikasi yang efektif antarkekuatan umat Islam yang selama ini seolah terpisah-pisah dan punya agenda masing-masing. Bahkan terkadang antara satu kekuatan umat Islam itu merasa lebih baik dibandingkan kekuatan Islam yang lain. 

Doli juga mengingatkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bagaimana pun tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan umat Islam. Dengan begitu, antara Islam dan negara itu tidak boleh dipertentangkan, khususnya bagi umat Muslim. 

"Jadi kita harus menjadikan bahwa cita-cita dan agenda umat Islam itu sama dengan cita-cita masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tidak bisa dibantah, sejarah perjalanan pembentukan NKRI tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan umat Islam," tuturnya. 

Bahkan menurut Doli, sila pertama sampai kelima dalam Pancasila adalah transformasi pemikiran Islam dalam konteks ke-Indonesia-an. "Maka kita tidak boleh ada yang berpandangan atau ada kekuatan umat Islam yang berpandangan di luar kepentingan bangsa dan negara," jelasnya.     

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement