REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ada cukup banyak hal yang belum benar-benar dipahami mengenai long Covid. Namun, studi terbaru berhasil menemukan dua faktor yang dapat menjadi prediktor long Covid.
Long Covid merupakan sebuah kondisi di mana orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala untuk waktu yang cukup lama. Persentase penyintas Covid-19 yang mengalami long Covid belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa persentase penyintas Covid-19 yang mengalami gejala berkepanjangan berkisar di angka 30-60 persen.
Menurut sebuah studi yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases, ada dua faktor yang dinilai bisa memprediksi kemunculan long Covid pada penyintas Covid-19. Salah satu di antaranya adalah waktu kemunculan gejala Covid-19.
"Bila gejala Anda muncul pada pekan ke-15, gejala tersebut kemungkinan akan tetap ada satu tahun setelahnya," jelas dr Natalie Azar, seperti dilansir Today, Kamis (28/4/2022).
Faktor lainnya adalah tingkat keparahan gejala ketika terkena Covid-19. Penyintas yang mengalami gejala Covid-19 sedang hingga berat memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk mengalami gejala long Covid satu tahun kemudian.
Studi terbaru ini didasarkan pada survei yang melibatkan 289 penyintas Covid-19 sebagai responden. Survei ini dilakukan satu tahun setelah para responden terdiagnosis dengan Covid-19. Para penyintas ini mengalami tingkat keparahan gejala yang beragam saat terkena Covid-19, mulai dari tidak bergejala hingga bergejala berat.
Selain menemukan dua faktor prediktor long Covid, tim peneliti juga menemukan beberapa gejala yang paling umum dikeluhkan. Sebagian besar gejala long Covid yang dialami oleh para penyintas Covid-19 adalah gangguan tidur, kelelahan, dan masalah pernapasan.