Jumat 13 May 2022 10:16 WIB

Saham GOTO Sentuh Level Terendah, IHSG Hampir Jebol ke Level 6.400

Dalam sepekan saham GOTO dan BUKA telah terpangkas hampir 28 persen

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, Jumat (13/5). Pada sesi pertama, IHSG kembali dibuka melemah ke posisi 6.586,77 dan terus turun hampir meninggalkan level 6.500.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, Jumat (13/5). Pada sesi pertama, IHSG kembali dibuka melemah ke posisi 6.586,77 dan terus turun hampir meninggalkan level 6.500.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, Jumat (13/5). Pada sesi pertama, IHSG kembali dibuka melemah ke posisi 6.586,77 dan terus turun hampir meninggalkan level 6.500. 

Investor asing tercatat masih melakukan aksi jual terhadap saham bank besar seperti BBRI, BBCA, dan BMRI. Sedangkan GOTO terus turun hingga mencapai level terendahnya sejak melantai di Bursa Efek Indonesia ke level 194. 

Baca Juga

Demikian hal dengan saham BUKA yang kembali terkoreksi di atas lima persen dan saat ini berada di posisi 274. Dalam sepekan, GOTO dan BUKA telah terpangkas hingga 28 persen. Keduanya juga sering masuk dalam daftar saham top losers

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan, IHSG masih berpotensi melemah hingga akhir perdagangan hari ini. Pelemahan IHSG sejalan dengan indeks saham utama di Wall Street yang ditutup turun semalam. DJIA memperpanjang rangkaian penurunan menjadi enam hari beruntun. 

 "Aksi jual di picu oleh tekanan inflasi yang belum mereda serta kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS (Federal Reserve) mungkin akan di lakuakan secara lebih agresif dari yang diantisipasi investor sehingga berpotensi memperlamabat laju pertumbuhan ekonomi AS," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat (13/5).  

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun hampir 5 bps menjadi 2,87 persen. Hal ini lantaran investor masih terus mencari rasa aman dan membanjiri pasar obligasi di tengah tekanan jual di pasar saham. 

Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik karena larangan impor minyak mentah asal Rusia oleh Uni Eropa (UE) dinilai akan semakin memperketat pasokan global. OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2022 selama dua bulan beruntun sebagai dampak dari invasi Rusia ke Ukrania, lonjakan inflasi dan gelombang penularan virus Covid-19 di Cina. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement