REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi akan berada sedikit di atas empat persen pada 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan potensi inflasi masih ada dan target sasaran inflasi 2022 tetap 2 hingga 4 persen.
"Secara keseluruhan kami proyeksikan memang inflasi akan sedikit diatas empat persen, tapi tidak jauh," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5).
Pada 2023, Perry mengatakan BI memproyeksikan inflasi akan kembali pada tingkat sasaran 2-4 persen. Tingkat inflasi pada tahun ini tergantung pada respons kebijakan pemerintah dalam pengendalian fiskal dan koordinasi termasuk dengan BI.
BI mengapresiasi langkah pemerintah yang menambah subsidi untuk diesel, premium, listrik, juga menambah untuk perlindungan sosial, kesehatan, dan pos lain. Dengan ini, dampak kenaikan harga komoditas global terhadap harga-harga dalam negeri akan lebih terkendali.
"Komitmen BI untuk pembiayaan APBN sebesar Rp 224 triliun bisa digunakan untuk pos-pos kesehatan dan kemanusaiaan," katanya.
Selain itu, pemerintah dan BI juga melakukan koordinasi untuk melancarkan pasokan dan distribusi barang. Penguatan koordinasi Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan TPI Daerah terus dilakukan secara erat.
"Ini bisa mengendalikan inflasi dari sisi bahan makanan," katanya.
Ia optimistis, inflasi pada 2023 akan kembali sesuai sasaran atau tidak lebih dari empat persen. Sambil BI terus memantau perkembangan yang terjadi, koordinasi dalam respons kebijakan fiskal, koordinasi erat TPI/TPID dan mempersiapkan langkah kebijakan lainnya untuk jaga stabilitas.
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2022 tercatat inflasi sebesar 0,95 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK April 2022 tercatat 3,47 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,64 persen (yoy). Ini seiring dengan peningkatan harga komoditas global, mobilitas masyarakat, dan pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).