Rabu 25 May 2022 13:34 WIB

Ingin Hilangkan Jejak Digital di Internet? Ini Lho Konsekuensinya

Ada berbagai konsekuensi yang tetap mengikuti, ketika menghapus jejak digital di jaga

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Jejak digital (ilustrasi).
Foto: Freepik.com
Jejak digital (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidup di dunia digital, membuat segala sesuatu yang kita lakukan akan mening galkan jejak. Mulai dari berbelanja, melamar kerja, membeli aset digital, semuanya didahului dengan memasukkan berbagai data yang diperlukan oleh aplikasi bersangkutan.

Hal ini berdampak pada konsep privasi yang semakin terasa utopis. Wacana perlindungan data pribadi dan kewenangan pengguna internet untuk mengelola datanya sendiri pun kini menjadi isu yang memakan perdebatan panjang.

Baca Juga

Pakar keamanan dari Porch.com, Robert Siciliano, mengungkapkan, sejatinya menghilangkan jejak digital dari seseorang, bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Namun, ia memperingatkan tidak ada opsi undo untuk taktik ini. Setelah seseorang menghapus surel dari akun yang sudah lama ditinggalkan, misalnya, surel tersebut tidak akan pernah kembali lagi.

Senada, Penulis Shame Nation: The Global Epidemic of Online Hate, Sue Scheff juga mendorong orang berpikir dua kali, apabila berhasrat menghapus eksistensi diri mereka di inter net. Sebab, saat ini departemen sumber daya manusia dan kantor penerimaan perguruan tinggi, makin sering menggunakan media sosial untuk melakukan asesmen terhadap para kandidatnya.

"Jika seseorang menghapus jejaknya dari internet, perusahaan justru akan berpikir bahwa mereka memi liki alias atau mungkin mereka tidak paham teknologi," jelas Scheff, dilansir dari Reader's Digest.

Perlu komitmen

Menghapus jejak digital, memerlukan komitmen yang juga besar setelah dilakukan. Salah satunya, adalah diperlukan perubahan gaya hidup yang amat mendasar.

Konsultan utama di Liberty Advisor Group, Armond Çalar menjelaskan, satu-satunya cara untuk benar-benar mencegah data pribadi yang tidak sah muncul secara daring, akan membutuhkan perubahan gaya hidup mendasar.

"Ini berarti mengorbankan kenyamanan modern, seperti berpartisipasi dalam lokapasar, atau memanfaatkan mudahnya melakukan pembayaran tagihan daring," ujarnya.

Selain itu, hilang dari media sosial juga menjadi salah satu konsekuensi lainnya. Kita harus masuk ke semua profil media sosial untuk menghapusnya secara permanen.

Semua jaringan utama, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Tiktok, bisa saja mengeklaim telah menghapus informasi tentang kita, segera setelah akun dihapus. Namun, hal ini memerlukan waktu yang cukup lama.

Biasanya, berbagai informasi yang ada di platform sosial media, memerlukan waktu beberapa pekan sebelum benar-benar dihapus dari hasil penelusuran Google. Namun, tidak menutup kemungkinan juga, data kita akan tetap tersimpan di dalam server pemilik platform selamanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement