REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – CEO YouTube Susan Wojcicki mengatakan YouTube tetap berada di Rusia sebagai sumber berita independen. Hal tersebut diumumkan selama Forum Ekonomi Dunia Davos pada Selasa lalu. Dia juga membahas keputusan perusahaan untuk menghapus media pemerintah Rusia dari platform.
“Segera setelah perang pecah, kami menyadari ini adalah waktu yang sangat penting untuk melakukannya dengan benar sehubungan dengan tanggung jawab kami,” kata Wojcicki.
Dia menjelaskan perusahaan telah memperbarui kebijakannya untuk menghapus media pemerintah Rusia dari platform dan konten lain dalam upaya menghentikan informasi yang salah.
Dilansir ZDNet, Kamis (26/5/2022), Wojcicki menambahkan YouTube telah digunakan untuk semua jenis alasan kemanusiaan selama konflik Ukraina dan Rusia, seperti membantu para tenaga medis di medan perang dan mendidik anak-anak yang terisolasi dari sekolah akibat perang.
Dia juga merinci bagaimana Rusia mendorong warga ke Rutube, platform video Rusia yang mirip dengan YouTube. Namun, dia tidak khawatir dengan kemunculan layanan tersebut.
Sehubungan dengan media sosial dan layanan konten lain, agen komunikasi Rusia Roskomnadzor mengumumkan pada Maret pihaknya memblokir akses ke Facebook karena telah mendiskriminasi media dan sumber informasi Rusia. Perusahaan lain seperti Netflix memilih untuk menutup layanannya. TikTok juga mengumumkan akan menangguhkan streaming langsung dan konten baru di layanan videonya.