Rabu 01 Jun 2022 10:53 WIB

Kedatangan Lavrov ke Saudi Tepis Isu Dikeluarkannya Rusia dari OPEC+

Barat sebut beberapa anggota OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan Rusia

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud di Riyadh. Keduanya memuji tingkat kerja sama di dalam OPEC+
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud di Riyadh. Keduanya memuji tingkat kerja sama di dalam OPEC+

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud di Riyadh pada Selasa (31/5/2022). Menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, keduanya memuji tingkat kerja sama di dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutu (OPEC+).

"Mereka mencatat efek stabilisasi dari kerja sama yang erat antara Rusia dan Arab Saudi di pasar dunia untuk hidrokarbon di sektor penting yang strategis ini," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan di situs webnya.

Komentar tersebut dikeluarkan di tengah laporan media Barat bahwa beberapa anggota OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan Rusia dari grup tersebut.  Namun, kedatangan Lavrov di Arab Saudi seakan ingin menepis isu tersebut.

Lavrov juga diperkirakan akan bertemu dengan menteri luar negeri dari negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC). Menurt dua pejabat Teluk, dia akan berkumpul bersama para menteri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Kuwait, Qatar dan Bahrain di markas GCC di Riyadh pada Rabu (1/6/2022).

OPEC+ akan tetap pada kesepakatan produksi minyak yang disepakati tahun lalu pada pertemuannya pada 2 Juni dan menaikkan target produksi Juli sebesar 432.000 barel per hari. Menurut enam sumber OPEC+ mengatakan pekan lalu, organisasi ini menolak seruan Barat untuk peningkatan yang lebih cepat guna menurunkan lonjakan harga.

Aliansi tersebut dibentuk pada 2016 dan menugaskan pengurangan produksi di antara para anggotanya untuk menjaga pasar minyak tetap stabil dan bertindak melawan jatuhnya harga, terutama karena ekonomi menyusut tajam selama pandemi Covid-19. Rusia adalah anggota terkemuka OPEC+, bersama dengan beberapa negara bekas Uni Soviet dan negara-negara lain.

The Wall Street Journal mengutip delegasi OPEC menyarankan, bahwa pengecualian Rusia dari OPEC+ berpotensi membuka jalan bagi produsen lain untuk memompa lebih banyak minyak mentah secara signifikan seperti yang diinginkan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa. Pertemuan Lavrov dengan mitranya dari Saudi terjadi tak lama setelah Uni Eropa menyetujui pemotongan signifikan terhadap impor minyak mentah Rusia sebagai bagian dari sanksi terbaru terkait dengan invasi ke Ukraina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement