REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebut sedikitnya 13 ekor ternak di kandang kelompok peternak daerah itu positif terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK). "Sampai kemarin Rabu (1/6/2022), di Bantul ada 88 ternak yang kena PMK, tapi yang sudah ada hasil dari laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta baru 13 ekor, sedangkan 75 ternak lainnya masih suspek. Saya meyakini itu mengarah pada PMK, karena memperhatikan gejala pada ternak tersebut," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo di Bantul, Kamis (3/6/2022).
Joko mengatakan, ternak yang terinfeksi PMK itu terdiri atas lima ekor domba yang berasal dari Gilang Desa Baturetno, Banguntapan, delapan ekor ternak lainnya juga di Banguntapan, sementara sisanya dari Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret. "Sekarang teman-teman baru melakukan pengobatan di tiga titik, di antaranya di wilayah Segoroyoso, semua di kandang kelompok bersama Fakultas Kedokteran Hewan dan Balai Besar Veteriner Wates," katanya.
Dia mengatakan, temuan kasus PMK di wilayah tersebut, karena daerah itu, khususnya Desa Segoroyoso merupakan sentra ternak di Kabupaten Bantul. "Di daerah situ banyak jagal, perputaran ternak cepat. Hasil penelusuran ternak-ternak itu dari Bantul, ternak lama yang ada di kandang kelompok," katanya.
Dia mengatakan, sebagai antisipasi sementara, dilakukan penyemprotan disinfektan di kandang ternak tersebut agar penularan penyakit tidak meluas. "Kita hanya antisipasi, karena untuk obat menipis, disinfektan menipis. Kita minta dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), UGM, dan BBVet Wates, termasuk obat," katanya.