REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Angka stunting di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengalami peningkatan yang cukup tinggi mencapai angka 19,9 persen, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI). Menanggapi hal itu, Dinas Kesehatan Kota Tangsel menggencarkan pengadaan pos gizi untuk menekan angka stunting tersebut.
"Untuk angka stunting menurut survei SSGBI sekarang ada di angka 19,9 persen (data terbaru tahun 2020), dari 22 ribu balita yang di-samplinya. Awalnya 16 persen (data 2019), jadi meningkat ya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar, Selasa (7/6/2022).
Allin berujar, faktor yang menyebabkan masih banyaknya kasus stunting di wilayahnya lantaran dua hal. Yakni meliputi kurangnya asupan gizi terutama protein dan pola asuh yang kurang tepat.
"Faktor penyebab 80 persen karena mereka kurang asupan ya. Tapi 20 persen soal pola asuh, jadi pola asuh dalam artian kita sering dengar ASI ekslusif ini yang mesti digencarkan. Jadi mungkin ada pola makan salah dari awal, pola asuhnya juga banyak yang diasuh bukan oleh ibu, jadi terjadi ketidakseimbangan antara tinggi badan dan umur," jelasnya.
Untuk dapat menekan angka stunting yang nyaris menembus angka ambang batas 20 persen, Allin memastikan pihaknya terus menggencarkan pos gizi di berbagai titik di wilayah Tangsel. Pos gizi tersebut berfungsi sebagai wadah edukasi terkait asupan dan pola asuh bagi orang tua bersama dengan anak-anaknya yang kurang gizi atau stunting.
"Kita bantu dengan mengadakan pos gizi di Tangsel, di pos gizi itu anak-anak yang masuk gizi buruk supaya tidak stunting atau sudah stunting bersama orang tua, di sana orang tua diajarkan memasak memilih makanan yang baik, cara memberikan ke anaknya seperti apa, ada arena merangsang motorik jadi bisa mengalami tumbuh kembang. Sekarang ada 39 (pos gizi) di Tangsel, bentuknya tidak mesti di posyandu, tetapi juga rumah yang bisa ditempati," terangnya.