Rabu 08 Jun 2022 10:46 WIB

Setahun Setelah Serangan Teror, Muslim Kanada Masih Hidup dalam Kekhawatiran 

Menyebut serangan bermotivasi kebencian sebagai Islamofobia jadi isu kontroversial.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Anggota Selamati meletakkan bunga tanda berduka di lokasi penabrakan keluarga Muslim di London, Ontario, Kanada, 7 Juni 2021. Polisi mengatakan serangan tersebut merupakan kejahatan kebencian anti-Islam.  Setahun Setelah Serangan Teror, Muslim Kanada Masih Hidup dalam Kekhawatiran 
Foto: REUTERS/Carlos Osorio
Anggota Selamati meletakkan bunga tanda berduka di lokasi penabrakan keluarga Muslim di London, Ontario, Kanada, 7 Juni 2021. Polisi mengatakan serangan tersebut merupakan kejahatan kebencian anti-Islam.  Setahun Setelah Serangan Teror, Muslim Kanada Masih Hidup dalam Kekhawatiran 

REPUBLIKA.CO.ID, ONTARIO -- Setahun setelah empat anggota keluarga Muslim di London, Ontario, dibunuh dalam serangan mobil yang dimotivasi kebencian, seorang warga Kanada Ingy Akkary mengaku anaknya masih gelisah ketika menyeberang jalan. Kekhawatiran masih dirasakan hingga kini. 

"Dia takut menyeberang jalan. Bahkan di lingkungan itu, jika dia melihat mobil datang, dia akan lari ke halaman depan," kata Akkary dilansir dari CBC, Senin (6/6/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan reaksi putranya menghancurkan hatinya. Tapi terlepas dari ketakutannya, dia tidak bisa meyakinkannya serangan serupa tidak akan pernah terjadi lagi.

"Saya mencoba mengatakan kepadanya tidak ada yang akan terjadi padanya, tetapi saya tahu apa pun bisa terjadi. Saya terus berbicara dengannya seolah-olah itu adalah takdir. Jika sesuatu ditakdirkan untuk terjadi, itu akan terjadi di mana saja," katanya. 

"Tapi tidak apa-apa. Kita bisa berjalan bersama. Aku memegang tanganmu. Jika Allah bersamamu, jangan takut," tambahnya. 

Sudah setahun sejak Salman Afzaal, istrinya Madiha Salman, putri mereka, Yumna, dan ibu Salman Afzaal, Talat, terbunuh saat sedang berjalan-jalan di dekat rumah mereka di London, Ontario, Kanada.

Pelaku didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu tuduhan percobaan pembunuhan, serta tuduhan terorisme. Fayez, putra Salman dan Madiha yang berusia sembilan tahun, adalah satu-satunya yang selamat dari serangan itu.  Dia adalah teman sekelas Youssef.

Sejak acara tersebut, Akkary mengatakan komunitas Muslim berusaha untuk lebih merayakan kehidupan Afzaal dan fokus pada bagaimana orang Kanada bersatu melawan Islamofobia. "Melihat semua orang berkumpul, anak-anak kita melihat itu, kaum muda kita melihat itu. Mereka merasa bahwa, oke, semua orang berdiri bersama dan tidak ada yang akan baik-baik saja dengan kebencian," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement