REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah mencoba mengatasi lonjakan harga cabai rawit mencapai Rp 100 ribu per kilogram di provinsi itu dengan mengadakan pasar murah. Pasar mudah ini agar harga cabai kembali normal dan tidak membebani masyarakat.
"Kami mengambil langkah ini supaya harga komoditas cabai rawit kembali normal," kata Kepala Dinas Perindag Sulteng Richard Arnold Djanggola di Palu, Ahad (12/6/2022).
Ia mengemukakan, intervensi ini cukup efektif menekan harga yang sudah sepekan terakhir melonjak. Meski harga cabai melambung namun masyarakat tetap membeli karena menjadi kebutuhan. Kebijakan ini diambil hanya difokuskan terhadap kebutuhan dasar bahan-bahan pokok rumah tangga.
Bahkan, penyelenggaraan pasar murah nanti dilakukan secara masif hingga dua bulan ke depan. "Kami menyusun susun jadwal dan titik-titik sasaran sudah dipertimbangkan, karena operasi pasar murah ini langsung menyasar masyarakat supaya lebih mudah dijangkau, dan fokus komoditas dijual berupa beras, cabai rawit, bawang serta bahan pokok lainnya," tutur Richard.
Skema lain menekan lonjakan harga yang masih dalam pembahasan melakukan pembatasan terhadap petani menjual hasil panen mereka ke luar daerah. "Kami berusaha mencarikan solusi persoalan ini, karena cabai rawit bagian dari kebutuhan sehari-hari khususnya ibu rumah tangga," ujar Richard.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulteng, Donny Iwan Setiawan mengemukakan pihaknya belum dapat memprediksi kenaikan harga cabai rawit terjadi sampai kapan. Salah satu pemicu lonjakan harga cabai rawit yakni produksi petani berkurang karena belum memasuki masa panen.
"Pemicu lainnya di pengaruhi cuaca atau kemarau basah yang rentan terhadap tanaman cabai," kata Donny.