Selasa 14 Jun 2022 22:13 WIB

Kemendikbudristek Imbau Seluruh Pihak Mendukung Pemulihan Layanan Pendidikan

Sekolah tatap muka 100 persen harus segera dibuka.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Guru menyalami sejumlah siswa saat sekolah tatap muka kembali digelar (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Guru menyalami sejumlah siswa saat sekolah tatap muka kembali digelar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengimbau semua pemangku kebijakan, khususnya di sektor pendidikan untuk mendukung pemulihan layanan pendidikan dengan segera membuka pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Hal tersebut merupakan respons terhadap kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terbaru.

"Terutama dari pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik, serta keluarga peserta didik untuk bersama-sama berupaya memulihkan layanan pendidikan agar kita bisa bangkit mengejar ketertinggalan akibat pandemi Covid-19," ujar Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, lewat siaran pers, Selasa (14/6/2022).

Baca Juga

Suharti menjelaskan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pemulihan pembelajaran. Pertama, mendorong partisipasi pembelajaran tatap muka 100 persen yang aman. Kedua, pemulihan pembelajaran. Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan pendidikan. Keempat, dukungan bagi pemda, satuan pendidikan, dan peserta didik yang terdampak lebih berat karena pandemi Covid-19.

"Dalam upaya memulihkan kondisi layanan pendidikan dan memulihkan proses pembelajaran pasca pandemi Covid-19, diperlukan strategi dan rencana pemulihan layanan pendidikan yang terstruktur, sistematis, dan masif melibatkan berbagai pihak yang memiliki sumber daya untuk mendorong pemulihan pembelajaran," kata dia.

Kepala Unit Pendidikan UNICEF Indonesia, Katheryn Bennet,mengungkapkan, sejak tahun 2020 pihaknya telah bekerja sama dengan kementerian/lembaga terkait dalam mendukung berbagai upaya pemulihan pembelajaran serta membangun sistem pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak. Hal itu untuk memastikan agar semua anak merasa nyaman belajar selama pandemi maupun pascapandemi.

"Lebih dari 500 ribu sekolah/madrasah harus melaksanakan PJJ sejak awal Maret 2020 dan telah berdampak terhadap 60 juta siswa. Tantangan untuk melaksanakan PJJ telah membuat banyak anak tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. Banyak pihak yang mengkhawatirkan kondisi ini, termasuk anak-anak dan orang tua," kata dia.

Menurut dia, semua pihak harus melakukan berbagai cara membantu anak-anak kembali ke sekolah sehingga mereka mendapat manfaat dari PTM melalui guru mereka secara langsung. "Hanya melalui PTM kita bisa mengatasi krisis pembelajaran," kata dia.

Mengutip hasil telaah UNICEF dan World Bank, Katheryn menyebutkan, untuk memulihkan kondisi pembelajaran, maka seluruh ekosistem pendidikan harus bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di berbagai wilayah. Penting pula untuk mempertahankan agar peserta didik bisa belajar di sekolah.

"Kita juga harus mengejar pembelajaran yang selama ini mengalami ketertinggalan atau bahkan hilang. Terakhir, kita perlu bangun ekosistem pembelajaran yang kondusif sehingga setiap anak merasa nyaman dan siap untuk belajar," ujar dia.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement