Kamis 16 Jun 2022 01:54 WIB

Dampak Pandemi Covid-19, Hong Kong Harus Kehilangan Satu Landmark Ikonik

Jumbo Floating Restaurant menjadi landmark ikonik Hong Kong.

Rep: Eva Rianti/ Red: Nidia Zuraya
Pelabuhan Hong Kong (ilustrasi).
Foto: AP/Kin Cheung
Pelabuhan Hong Kong (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Sebuah restoran terapung terkenal yang menyajikan masakan Kanton dan makanan laut untuk Ratu Elizabeth II, Tom Cruise, dan jutaan pengunjung lainnya ditarik dari tepi pelabuhan Hong Kong, Selasa (14/6/2022). Hal itu dilakukan karena pengelola restoran mengalami tekanan keuangan selama tidak beroperasi akibat terdampak pandemi Covid-19.

Dikutip dari AP, Rabu (15/6/2022), perusahaan induk dari Jumbo Floating Restaurant tidak dapat menemukan pemilik baru dan kekurangan dana untuk memeliharanya setelah berbulan-bulan pembatasan Covid-19.

Baca Juga

Restoran terapung tersebut dirancang seperti istana kekaisaran China di Pelabuhan Aberdeen yang terkenal dengan masakan Kanton dan hidangan lautnya. Lebih dari 30 juta tamu bertandang ke restoran tersebut sejak didirikan pada 1976 silam.

Namun Jumbo Floating Restaurant terpaksa tutup pada 2020 karena pandemi, dan semua staf di-PHK. Perusahaan induk Aberdeen Restaurant Enterprises mengatakan pemegang saham mengalami beban keuangan. Pasalnya jutaan dolar Hong Kong dihabiskan untuk inspeksi dan pemeliharaan restoran terapung setiap tahun meskipun restoran tidak beroperasi.

“Kami tidak melihat bahwa (Restoran Terapung Jumbo) dapat melanjutkan bisnis dalam waktu dekat,” kata perusahaan itu. 

Dikatakan kesepakatan potensial untuk menjaga restoran tetap buka dihadang oleh biaya operasional yang tinggi.

Kapal tunda menarik restoran itu pada Selasa (14/6/2022), tetapi tidak jelas di mana ia akan berlabuh berikutnya. Perusahaan berencana untuk memindahkannya ke lokasi yang lebih murah di mana pemeliharaan masih dapat dilakukan.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sebelumnya menolak saran untuk menyelamatkan restoran, meskipun ada seruan dari anggota parlemen untuk melestarikan landmark ikonik tersebut. Lam mengatakan bulan lalu bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk menginvestasikan uang pembayar pajak ke restoran karena pemerintah ‘tidak pandai’ dalam menjalankan tempat seperti itu.

Beberapa warga Hong Kong mengingat masa kejayaan Kerajaan Jumbo, dan mengungkapkan kekecewaannya melihat restoran itu tidak ada lagi di lokasi. Tempat itu terkenal dengan jamuan makannya yang mewah, dengan hidangan seperti babi panggang, lobster, dan sarang burung rebus, makanan China yang lezat.

Wong Chi-wah, operator kapal di Pelabuhan Aberdeen mengatakan, pada masa kejayaan Jumbo Floating Restaurant pada era 1990-an, gerombolan turis Jepang kerap mengunjungi restoran tersebut. “Jalanan penuh dengan kendaraan yang diparkir karena pengunjung datang dalam kelompok besar,” kata dia.

Salah satu warga mengatakan Hong Kong kehilangan sesuatu yang unik. “Jika restoran itu pergi hari ini, pasti ada rasa kehilangan, tidak hanya bagi orang-orang yang tinggal di sekitar area ini tetapi juga untuk seluruh Hong Kong,” ujar warga bernama Encore Sin ini.

“Selama beberapa dekade terakhir, saya telah pergi ke banyak tempat di seluruh dunia untuk mengambil foto, tetapi di mana lagi di dunia ini ada restoran terapung seperti itu? Saya tidak berpikir ada yang tersisa,” ujarnya menyayangkan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement