Ahad 19 Jun 2022 08:24 WIB

Taliban Sebut AS Jadi Hambatan Terbesarnya untuk Peroleh Pengakuan Internasional

Taliban mengklaim sudah punya semua syarat untuk diakui dunia internasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pejuang Taliban berdiri di tengah orang-orang yang menunggu untuk menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan Korea Selatan, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 10 Mei 2022. Hingga saat ini, belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Seorang pejuang Taliban berdiri di tengah orang-orang yang menunggu untuk menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan Korea Selatan, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 10 Mei 2022. Hingga saat ini, belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kelompok Taliban menuding Amerika Serikat (AS) menghalau jalan mereka memperoleh pengakuan internasional atas pemerintahannya saat ini di Afghanistan. Taliban mengklaim, mereka telah memiliki semua syarat untuk diakui pemerintahannya oleh dunia internasional.

"Sejauh menyangkut pengakuan oleh negara-negara asing, saya pikir AS adalah hambatan terbesar," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, dikutip laman Voice of America (VoA), Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga

Menurut Mujahid, AS tak membiarkan negara lain mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Washington sampai sekarang masih menolak mengambil langkah apa pun terkait isu pengakuan Taliban.

Mujahid mengklaim, Taliban telah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan agar pemerintahannya diakui di Afghanistan. Dia mengingatkan semua negara, termasuk AS, mereka perlu menyadari bahwa keterlibatan politik dengan Taliban adalah kepentingan semua pihak.

Sebab, hanya dengan tindakan semacam itu dunia dapat secara resmi membahas “keluhan” mereka terhadap Taliban. Mujahid kembali menekankan, Taliban ingin memiliki hubungan baik dengan AS, sejalan dengan kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak di Doha, Qatar, pada Februari 2020 lalu.

"Kami adalah musuh dan memerangi AS selama AS menduduki Afghanistan. Perang itu telah berakhir sekarang," ucapnya.

Hingga saat ini, belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban. Beberapa negara Barat, termasuk AS, bahkan masih menerapkan sanksi ekonomi terhadap Afghanistan yang kini dipimpin Taliban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement