REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberhasilan transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapat apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Santri (LPES).
Sekjen LPES Ubaidillah Amin mengatakan, langkah transformasi BUMN di bawah Menteri BUMN Erick Thohir sudah on the track atau berada di jalur yang tepat.
"Terlihat, kebijakan dan terobosan yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir telah terbukti membawa dampak yang begitu positif bagi kemajuan BUMN," ujar Ubaidillah pada Senin (20/6).
Pengasuh Pondok Pesantren Kaliwining, Jember, itu menilai Erick telah mewujudkan apa yang belum pernah dilakukan menteri-menteri BUMN sebelumnya dalam hal memberikan perubahan besar dalam tubuh BUMN.
Ia mencontohkan keputusan Erick menggabungkan BUMN memberikan angin segar dalam peningkatan efektivitas dan membuat BUMN menjadi lebih efisien. Selain itu, Ubaidillah juga memuji ketegasan Erick dalam membubarkan BUMN yang dinilai tidak sehat dan berani menyetop Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi BUMN yang tidak produktif.
"Langkah Erick yang terus mendorong transformasi di tubuh BUMN dengan tujuan agar perusahaan-perusahaan pelat merah itu makin profesional, transparan, dan akuntabel, patut diapresiasi," lanjutnya.
Ubaidillah menyebut BUMN sudah terlalu lama berada di zona nyaman dengan bergantung pada kucuran PMN. Sementara saat ini, Erick meminta PMN kepada BUMN harus efektif dan tepat sasaran.
Ubaidillah menilai kebijakan selektif dalam pemberian PMN tak hanya mengurangi beban negara, melainkan juga mendorong BUMN memperbaiki tata kelola perusahaan menjadi lebih baik dan efektif.
"Kebijakan yang dilakukan Erick selama ini sudah sesuai dengan tagline BUMN yang digaungkan, yaitu Akhlak. Keberanian beliau mengubah pola kerja kementerian BUMN sejalan dengan visi misi Presiden Jokowi yaitu Revolusi Mental," ucap dia.
Upaya perampingan dan bersih-bersih BUMN memang menjadi fokus utama Erick. Mantan Presiden Inter Milan itu berhasil merampingkan jumlah BUMN menjadi 41 BUMN per Juni 2022, dibandingkan 113 BUMN pada 2019. Selain itu, Erick juga telah memangkas jumlah klaster BUMN menjadi 12 klaster dari sebelumnya 27 klaster.
Erick mengatakan perampingan jumlah BUMN merupakan bagian dari transformasi yang dijalankan Kementerian BUMN. Dengan jumlah BUMN yang ramping, Erick meyakini, pengawasan dan perbaikan kinerja akan lebih optimal. Erick kemungkinan akan kembali melakukan perampingan jumlah perusahaan BUMN dari 41 BUMN menjadi 37 BUMN dalam dua tahun ke depan.
"Saya mungkin dua tahun ke depan masih bisa (merampingkan) dari 41 perusahaan BUMN menjadi 37 perusahaan BUMN," ujar Erick Thohir dalam webinar di Jakarta, Jumat (18/2).
Erick menilai perampingan membuat BUMN memiliki fokus bisnis yang lebih jelas dan berdampak pada perbaikan kinerja perusahaan. Kata Erick, capaian ini mendorong kontribusi laba bersih BUMN secara konsolidasi meningkat menjadi Rp 126 triliun pada 2021 atau melonjak tajam jika dibandingkan 2020 yang hanya sebesar Rp 13 triliun.
Erick mengatakan, sejumlah sektor yang menyumbang andil besar dalam pertumbuhan laba bersih BUMN berasal dari sektor jasa keuangan dengan kenaikan laba sekitar 72 persen, sekaligus menjadi sektor penyumbang keuntungan terbesar, yaitu sebesar Rp 75 triliun dari sebelumnya Rp 44 triliun. BRI, Bank Mandiri, BNI, dan Bank Syariah Indonesia masing-masing mencatatkan profit Rp 32,2 triliun, Rp 28 triliun, Rp 10,9 triliun, dan Rp 3 triliun.
Lalu, ada juga sektor telkomunikasi dengan kenaikan laba bersih dari Rp 30 triliun menjadi sebesar Rp 34 triliun. Selain itu, ucap Erick, ada sektor pertambangan yang mencatatkan pertumbuhan laba paling tinggi dengan kenaikan tujuh kali lipat dari Rp 2 triliun pada 2020 menjadi sekitar Rp 14 triliun.