REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara di Jakarta memang masih menjadi salah satu pekerjaan rumah Pemprov DKI. Namun demikian, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, berjanji untuk menindak lanjuti kualitas udara Jakarta yang saat ini menjadi salah satu terburuk di dunia.
“Tindak lanjut itu macam-macam mulai dari penyiapan alat, SDM kita siapkan, berbagai program juga kita tingkatkan,” kata Riza kepada awak media, kemarin malam.
Dia menambahkan, pihaknya sejauh ini banyak mengalokasikan APBD DKI untuk keperluan transportasi massal listrik. Upaya itu, kata dia, juga untuk mewujudkan langit biru di DKI Jakarta.
“Tentang polusi udara, program langit biru itu memang tidak mudah, perlu waktu. Tidak bisa sepihak, perlu ada pengurangan kendaraan, uji emisi dan lainnya,” tutur dia.
Riza menyebut, ada keterbatasan waktu yang tak banyak dalam mewujudkan berbagai rencana tersebut.
Mengutip informasi dari IQ Air, Jakarta Senin pagi kemarin sempat memuncaki posisi terburuk kualitas udara di dunia. Namun, pada pukul 11.00 WIB, Jakarta berpindah ke posisi ketiga di bawah kota Santiago di Chili dan Kota Dubai di Uni Emirat Arab.
Jakarta pada waktu tersebut memiliki status udara tidak sehat dengan indeks 167. Adapun kategori kualitas udara tak sehat, dikatakan IQ Air berkisar 151 hingga 200. Khusus konsentrasi polutan Partikulat Matter (PM) 2,5 Jakarta tercatat mencapai 14 kali di atas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 14 kali dari nilai standar WHO,” kata IQ Air dikutip di website resminya, Senin (20/6).
Sementara itu, mengutip redahemisi.jakarta.go.id kualitas udara di DKI juga dinilai kurang baik. Bahkan, hampir seluruh wilayah di DKI hingga Senin siang tercatat berstatus tidak sehat.