Kamis 23 Jun 2022 13:24 WIB

Jusuf Kalla Sampaikan Pesan Damai dari Masjid Indonesia

DMI bersilaturahim dengan sejumlah duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Wapres RI ke 10 dan ke 12 yang juga Ketua DMI Jusuf Kalla.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Wapres RI ke 10 dan ke 12 yang juga Ketua DMI Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Muhammad Jusuf Kalla (JK) disertai pimpinan organisasi DMI bersilaturahim dengan sejumlah duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat di ruang pertemuan Pimpinan Pusat DMI di Jakarta pada Rabu (22/6/2022).

Dalam sambutannya berjudul 'Peace Message from the Indonesian Mosques to the World' untuk menandai Milad DMI ke-50, JK mengatakan, ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana memimpin DMI. Yakni organisasi payung lebih dari 800 ribu masjid di seluruh Indonesia.

Baca Juga

"DMI telah bekerja mempromosikan peran masjid memperbaiki sosio-ekonomi komunitas dengan visi memakmurkan dan dimakmurkan masjid," kata JK dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (23/6/2022).

Mantan Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia ini, mengatakan Raja Salman dari Arab Saudi, yang pernah berkunjung ke Indonesia pada Maret 2018, terkejut mendengar kabar tentang jumlah masjid yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan jumlah yang besar, JK mengimbau kehadiran ribuan masjid dapat mendorong masyarakat agar menjadi lebih baik.

Menurut JK, di Indonesia berlaku lima hari kerja mulai Senin hingga Jumat dan dua hari libur yakni Sabtu dan Ahad. Dampaknya sholat Jumat berlangsung pada hari kerja. Konsekuensinya masjid ada di mana-mana, di kantor, di sekolah, dan di SPBU.

"Ini berbeda dari negara-negara Islam lainnya yang pada setiap Jumat sebagai hari libur kerja,” ujar JK.

DMI juga menyampaikan bahwa 90 persen masjid di Indonesia milik masyarakat sehingga independen. Hanya 10 persen masjid yang jadi milik pemerintah. Masjid-masjid itu menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti pelatihan bagi para juru dakwah (dai) dan para jamaahnya.

JK mengajak masjid-masjid untuk dijadikan pusat pendidikan di samping pusat dakwah seperti Masjid Al Azhar di Kebayoran, Jakarta Selatan.

Di Jakarta sendiri terdapat 6.000 masjid. Suara adzan dari masjid-masjid itu berkumandang pada saat bersamaan. Menurut JK, suara adzan dari masjid-masjid yang berdekatan harus diatur sedemikian rupa agar terdengar indah, syahdu dan tidak saling bertabrakan.

"Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki jumlah masjid yang relatif banyak dan kotanya dijuluki 1.000 masjid. Perlu ada aturan tentang penataan speaker masjid yang baik," jelas JK.

Terkait dengan program DMI, JK mengatakan organisasi ini memiliki program-program unggulan mulai dari penanganan sound system masjid, program bersih masjid, program kesehatan berbasis masjid, program khusus untuk membuat arsitektur masjid. DMI menggandeng sejumlah pihak untuk mewujudkan masjid bersih dan sehat, bekerja sama dengan konsultan arsitektur masjid yang baik.

Terkait dengan akustik masjid, JK mengatakan 70 persen kegiatan umat di masjid adalah mendengarkan khutbah, ceramah, pengumuman penting. “Jadi akustik masjid-masjid penting,” ujar JK.

JK juga mengatakan banyak imam masjid asal Indonesia saat ini bekerja di negara-negara Arab dan di kawasan Timur Tengah. Di masa lalu banyak imam dari negara-negara Arab dan Timur Tengah yang berdakwah untuk mensiarkan Islam di Indonesia. Negara-negara Arab dan Timur Tengah memiliki hubungan erat dengan umat Islam di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement