REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- UOB Indonesia meluncurkan U-Energy, platform pembiayaan terintegrasi yang pertama di Asia dalam rangka mendorong pengembangan dan adopsi proyek efisiensi energi bagi bangunan dan rumah di Tanah Air. Adapun langkah ini menyusul keberhasilan peluncuran platform serupa di Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Melalui U-Energy, UOB Indonesia membantu bisnis dan pemilik rumah melakukan penghematan tagihan listrik, mencapai emisi karbon, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada tataran global, bangunan dan proyek konstruksi menyumbang 38 persen emisi karbon, menurut data dari the Global Alliance for Buildings and Construction.
Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan di Indonesia, komitmen yang kuat dapat andil dalam penanganan perubahan iklim diperkuat dengan penyusunan kebijakan utama dalam sektor energi. Indonesia juga menargetkan untuk mengurangi emisi dan mencapai emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat dari itu.
Demi mencapai target tersebut, Indonesia memerlukan transisi agar energi baru dan terbarukan dapat menyumbang sebesar 23 persen terhadap total bauran energi pada 2025 dan 31 persen pada 2050. Sementara pemilik bangunan dan pemilik rumah terus menyatakan ketertarikan terhadap proyek efisiensi energi guna mengurangi penggunaan energi, mereka kerap mengalami kekurangan dukungan dana dan kemampuan dalam menemukan perusahaan jasa energi (ESCO). Bertolak dari hal tersebut, UOB telah mengembangkan U-Energy untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
“Sebagai sebuah bank, kami memiliki tanggung jawab untuk bermitra dengan nasabah dalam transisi menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. Maka itu, kami senang dapat memperkenalkan U-Energy yang merupakan sebuah platform keuangan terintegrasi yang progresif untuk membantu pemilik rumah dan bangunan dalam berkontribusi terhadap lingkungan yang lebih bersih,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (23/6/2022).
“Melalui U-Energy, kami telah membangun sebuah ekosistem mitra untuk memungkinkan akses yang sederhana dan lebih cepat terhadap solusi efisiensi energi bagi nasabah, sebagai peran dalam mendukung tujuan pemerintah terhadap pengembangan rendah karbon,” ucapnya.
Menurutnya jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 270 juta orang dan efisiensi energi akan membantu memastikan ketahanan energi jangka panjang serta menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi, berdasarkan laporan McKinsey, Indonesia masih tertinggal dalam hal pengembangan energi terbarukan dan hanya baru memanfaatkan 2 persen dari potensi gabungan antara energi geotermal, surya, angin, air, dan biomassa.
“Hanya 12 persen listrik di Indonesia berasal dari energi terbarukan. Seraya kita membangun masa depan yang berkelanjutan, kami menyadari peran kami dalam mendukung dan memperkuat bisnis dan pemilik rumah. Solusi end-to-end kami akan membantu klien mengurangi biaya energi dan jejak karbon,” ucapnya.