REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan mutasi virus yang terus terjadi, tren gejala Covid-19 yang muncul pun ikut berubah. Mengingat kasus Covid-19 kembali meningkat di beberapa negara, ada baiknya untuk meningkatkan kewaspadaan mengenai beragam gejala Covid-19, termasuk gejala yang mungkin muncul saat ke toilet.
Di awal pandemi pada 2020, ada tiga gejala utama Covid-19 yang kerap menjadi sorotan. Ketiga gejala utama tersebut adalah batuk terus-menerus, kehilangan indra penciuman dan pengecap, serta demam.
Kini, kebanyakan gejala Covid-19 yang muncul mirip seperti pilek atau flu. Selain itu, gejala Covid-19 yang berkaitan dengan masalah pencernaan juga cukup sering dikeluhkan. Salah satu dari gejala tersebut adalah diare.
"Coba untuk berdiam diri di rumah dan hindari kontak dengan orang lain bila Anda mengalami gejala Covid-19," jelas National Health Service, seperti dilansir Express, Senin (27/6/2022).
Selain tiga gejala utama dan diare, ada beberapa gejala Covid-19 lain yang juga patut diwaspadai. Gejala tersebut meliputi sesak napas, merasa lelah, pegal-pegal, sakit kepala, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat atau beringus, kehilangan nafsu makan, mual, atau muntah.
Peningkatan kasus Covid-19 yang kembali terjadi belakangan ini disinyalir berkaitan dengan kemunculan dua subvarian omicron, yaitu BA.4 dan BA.5. Di Skotlandia misalnya, kemunculan subvarian baru ini disertai dengan peningkatan peningkatan kasus Covid-19 nasional sebesar 20 persen dalam beberapa hari terakhir.
Otoritas Skotlandia menilai peningkatan ini belum sampai tahap yang mengkhawatirkan. Akan tetapi, mereka akan terus memantau peningkatan kasus ini secara hati-hati.
"Kami akan memantau ini dengan sangat hati-hati," jelas Chief Social Policy Advisor untuk pemerintah Skotlandia Prof Linda Bauld.
Peningkatan serupa juga mulai terjadi di beberapa negara Eropa lain sejak kemunculan dua subvarian baru, termasuk Inggris. Namun, berbeda dengan kondisi di awal pandemi, situasi Covid-19 di Inggris saat ini jauh lebih terkendali akibat luasnya cakupan vaksinasi. Jumlah kasus yang lebih terkendali turut berkontribusi pada lebih sedikitnya kasus Covid-19 yang bergejala berat dan membutuhkan layanan rawat inap rumah sakit.
Akan tetapi, menurunnya proteksi dari vaksin dinilai dapat menjadi potensi masalah di kemudian hari. Proteksi yang menurun seiring waktu ini bisa menjadi celah bagi varian baru untuk kembali menyebabkan lonjakan kasus.