Selasa 28 Jun 2022 11:11 WIB

Jokowi Ajak Negara G7 Investasi di Sektor Energi Bersih Hingga Mobil Listrik

Jokowi menyampaikan, risiko perubahan iklim sangatlah nyata bagi negara berkembang.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz (keenam kanan), Presiden Amerika Serikat Joe Biden (keempat kanan) dan sejumlah pemimpin negara melakukan sesi foto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 ke-48 di Schloss Elmau, Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman (Senin (27/6/2022).
Foto: ANTARA/Biro Pers Setpres/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz (keenam kanan), Presiden Amerika Serikat Joe Biden (keempat kanan) dan sejumlah pemimpin negara melakukan sesi foto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 ke-48 di Schloss Elmau, Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman (Senin (27/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengikuti serangkaian acara di KTT G7 yang diselenggarakan di Elmau, Jerman pada Senin (27/6). Dalam pertemuan pertama yakni terkait isu energi dan perubahan iklim, Presiden mengajak negara G7 untuk ikut berinvestasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai lithium.

“Bapak Presiden mengajak negara G7 untuk berkontribusi dalam memanfaatkan peluang ini, terutama peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai lithium,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam keterangan pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (28/6/2022).

Baca Juga

Kepada para pemimpin negara G7, Jokowi menyampaikan, risiko perubahan iklim sangatlah nyata bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Karena itu, Indonesia memiliki komitmen tegas dan upaya jelas untuk mengatasi perubahan iklim dan juga melakukan transisi energi.

Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki potensi sebagai kontributor energi bersih yang sangat besar, baik di perut bumi, di darat, maupun di laut. Selain itu, Indonesia pun membutuhkan investasi besar dan teknologi rendah karbon guna mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif.

“Dalam kaitan inilah investasi yang diperlukan oleh Indonesia adalah antara 25 sampai 30 miliar dolar AS untuk transisi energi 8 tahun ke depan,” jelas Retno.

Transisi energi ini, lanjut Menlu, juga dapat dioptimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi dan membuka peluang bisnis, serta lapangan kerja baru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement