Ahad 03 Jul 2022 04:19 WIB

Umat Islam dan Media: Melihat ‘Deus Absconditus’ pada Kasus Holywings

Umat Islam sadar dan waspada ada tangan tak terlihat dalam kasus Holywings.

Red: Muhammad Subarkah
Spanduk peringatan penutupan tempat usaha terpasang di pintu masuk Bar dan Restoran Holiwings Yogyakarta, Kamis (30/6/2022). Pemkab Sleman mengikuti wilayah lain ikut menutup outlet Holiwiy. Ada beberapa pertimbangan penutupan outlet Holywings Jogja tersebut, yaitu operasional usaha Bar dan Resto Holywings belum sesuai dengan ketentuan Perda maupun Perkada Kabupaten Sleman. Selanjutnya, usaha tempat huburan malam tersebut juga dinilai telah menimbulkan kegaduhan dan mengganggu ketentraman masyarakat serta ketertiban umum.
Foto:

Memahami Media Era Digital dan Teknologi Informasi

Memang patu disyukuri umat Islam masa kini mulai dan sudah memahami bahwa media yang kini mulai merambah dunia digital serta teknologi informasi. Ini selaras dengan apa yang ditengarai cendikian Macedonia, filsuf Prof Ferid Muhic. Ia menulis laporan ‘Muslim of Macedonia Identity Challenges and And Uncertain Future’. Muhic menegaskan:

“Kelompok anti-Islam sekarang tak henti-hentinya berupaya mencemarkan nama baik Islam dan melawan kehadiran Muslim melalui tekanan politik, budaya, dan pemberitaan media”. Dan Muhic menuliskan keadaan ini bercermin pada pengalamannya selaku seorang Muslim Eropa yang budayanya kini menguasai dunia.

Muhic mengingatkan, beberapa kelompok ekstremis sayap kanan dan kalangan politisi berhaluan kanan neofasis telah meluncurkan kampanye di sejumlah negara Eropa Barat untuk mendorong ketakutan mereka terhadap Islam. Ini sudah terlihat secara kasat mata di Jerman, Prancis, Belanda, Swedia, Denmark, dan wilayah lain yang kuyup hidup dalam budaya Eropa (barat).

Pada tulisan lain, Muhic juga menengarai adanya kekuatan yang tersembunyi di balik bising dunia digital dan media terkait HAM demokrasi bila terkait umat Islam. Salah satunya adalah adanya kekuatan yang tersembunyi di balik dunia digital masa kini, terutama ketika terjadi pandemic Covid-19 melanda dunia. 

Muhic yang kelahiran Bosnia itu lebih lanjut menyatakan bila sebenarnya ada instrument tangan penguasa yang terlihat tapi tersembunyi: Deus absconditus (dewa tersembunyi/the invisible ruler). Adanya hal ini sebenarnya juga menjadi penanda bahwa kebebasan manusia sebagai individu sebenarnya telah berakhir.

Alhasil, saat sekarang, untuk rakyat Indonesia hanya dapat menunggu hadirnya toleransi sejati yang tidak hanya slogan semata. Mereka yang mayoritas Islam ini menanti jargon Pancasila di mana  sila pertamanya berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dapat benar-benar diimpelentasikan dalam kehidupan bersama. Isu ‘radikal-radikul’ tidak usah lagi menjadi gincu dari framing media dari ‘deus obsonditus’, namun  akan mampu menjadi kenyataan hidup keseharian yang lebih substantif dan beradab.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement