Rabu 06 Jul 2022 16:48 WIB

Jadi Tuan Rumah Harganas, Wali Kota Bobby Terpacu Turunkan Stunting

Kota Medan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29

Webinar Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi Antar Organisasi Perangkat Daerah se-Sumatra Terkait Percepatan Penurunan Stunting, Rabu (6/7/2022).
Foto: BKKBN
Webinar Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi Antar Organisasi Perangkat Daerah se-Sumatra Terkait Percepatan Penurunan Stunting, Rabu (6/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjuk Kota Medan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 yang digelar pada Kamis (7/7/2022). Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution mengaku diselenggarakannya Harganas di Kota Medan menjadi motivasi bagi pihaknya lebih terpacu menurunkan prevalensi stunting di wilayahnya.

Hal tersebut disampaikan Bobby dalam acara Webinar Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi Antar Organisasi Perangkat Daerah se-Sumatra Terkait Percepatan Penurunan Stunting, Rabu (6/7/2022). Acara ini merupakan rangkaian dari acara puncak Harganas ke-29.

Baca Juga

"Penurunan stunting penting untuk menghindari dampak jangka panjang yang dapat merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak dan juga memengaruhi perkembangan otak, sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal," kata Bobby.

Menurut Bobby, jumlah anak stunting yang saat ini tercatat di Kota Medan sebanyak 550 balita yang 20% di antaranya adalah bayi di atas dua tahun. Pemkot Medan pada tahun 2022 telah membuat 15 program dan 16 kegiatan serta 29 sub kegiatan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 10 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dengan menggelontorkan anggaran senilai Rp 198 miliar untuk menurunkan angka stunting di Kota Medan.

"Besar harapan Harganas ini jadi wadah bagi kita untuk saling belajar dan aplikasikan kegiatan yang tepat guna untuk turunkan angka stunting, baik di Kota Medan atau wilayah seluruh nusantara," kata Bobby.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam sambutannya mengatakan stunting menjadi ancaman terhadap kualitas generasi muda Indonesia. Oleh karena itu peran serta masyarakat untuk menurunkan angka stunting sangat penting untuk menciptakan generasi unggul di tahun 2045.

"Dalam rangka mencapai bonus demografi, kita menghadapi generasi yang populasinya cukup besar yaitu generasi muda," kata Hasto.

Hasto merinci generasi muda Indonesia saat ini sebanyak 24,4% mengalami stunting, 9,8% memiliki mental emotional disorder, 5% napza, dan 1% autisme, serta 3% difabel. Dia menyayangkan apabila Indonesia tidak bisa menikmati bonus demografi lantaran memiliki generasi penerus yang tidak produktif.

"Sehingga hampir 40 persen generasi muda kita kurang optimal. Kalau kita bisa menurunkan angka stunting, kita bisa mengurangi faktor pemberat SDM. SDM ini juga investasi yang penting," ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement