REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meta ingin memahami semua bahasa yang digunakan di bumi. Enam bulan lalu, perusahaan meluncurkan proyek No Language Left Behind (NLLB) yang melatih artificial intelligence (AI) untuk menerjemahkan berbagai bahasa tanpa harus melalui bahasa Inggris dulu.
Kemudian pada Rabu (6/7/2022), perusahaan mengumumkan kesuksesan besar untuk pertama kali yang dikenal sebagai NLLB-200. Ini merupakan model AI yang dapat berbicara dalam 200 bahasa, termasuk sejumlah bahasa yang jarang digunakan dari seluruh Asia dan Afrika, seperti Lao dan Kamba.
Menurut postingan blog perusahaan, NLLB-200 dapat menerjemahkan 55 bahasa Afrika dengan hasil berkualitas tinggi. Meta bangga bahwa kinerja model benchmark FLORES-101 melampaui model mutakhir yang ada dengan rata-rata 44 persen dan 70 persen untuk dialek Afrika dan India tertentu.
Untuk menerjemahkan antara dua bahasa, khususnya bukan bahasa Inggris merupakan tantangan yang signifikan bagi model bahasa AI. Sebab, banyak dari sistem penerjemahan mengandalkan data tertulis yang diambil dari internet untuk dilatih.
Dilansir Engadget, Kamis (7/7/2022), seperti kebanyakan program AI lainnya yang dipromosikan secara publik, Meta memutuskan untuk menjadikan NLLB-200 open source dan memberikan 200 ribu dolar AS dalam bentuk hibah kepada organisasi nirlaba untuk mengembangkan aplikasi dunia nyata. Misal, aplikasi seperti Facebook News Feed atau Instagram.
“Bayangkan mengunjungi grup Facebook favorit lalu menemukan postingan di Igbo atau Luganda. Anda dapat memahaminya hanya dengan mengklik tombol,” kata Meta.