Rabu 23 Oct 2019 20:54 WIB

Tak Ada yang Abadi

Dalam dunia tidak ada yang abadi kecuali kepentingan

Suasana pertemuan Jokowi dan Prabowo pascapilpres di stasiun MRT, Jakarta
Foto: BPMI
Suasana pertemuan Jokowi dan Prabowo pascapilpres di stasiun MRT, Jakarta

Tak ada yang abadi, begitulah lagu yang pernah dinyanyikan Noah. Mengisyaratkan bahwa dunia ini sewaktu-waktu bisa berubah. Istilah orang jawa "sore dele isuk tempe", atau sorenya masih berupa kedelai, paginya sudah jadi tempe.

Begitulah kondisi perpolitikan saat ini. Dahulu, menegaskan di barisan rakyat. Didukung oleh ijtima ulama. Bersanding memperjuangkan hak rakyat. Dengan janji-janji manis. Namun, tak ada yang abadi. Setelah duduk bersanding di MRT dan makan nasi goreng bersama, ketegasan itu berubah. 

Sebagaimana dilansir di laman kompas.com, Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto dipanggil ke Istana Presiden. Menurut berita Pak Prabowo akan diamanahi sebagai Menteri Pertahan di Kabinet Jilid II. Di balik keputusan ini tentu banyak terjadi pro dan kontra.

Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris mengkritik upaya Presiden Joko Widodo mengajak pihak oposisi untuk bergabung dalam kabinetnya. Beliau mempertanyakan untuk apa ada kompetisi pilpres? Jika ujungnya adalah bagi-bagi kekuasaan. 

Bahkan Syamsuddin menilai keputusan ini telah menciderai demokrasi sendiri. Secara politik partai yang menang berkuasa, yang kalah jadi oposisi. Bukan malah bergabung dengan partai yang berkuasa. Akhirnya, tidak akan ada oposisi. Kalaupun ada hanya kecil. 

Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengaku kaget mengetahui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersedia ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi menteri di kabinet kerja jilid 2. Namun, Yandri menerima keputusan itu dan PAN tidak mempermasalahkan. 

Saat pertemuan dengan Presiden PKS Sohibul Iman, Prabowo menyampaikan keputusan bergabung dengan Kabinet Kerja Jilid II sudah dipertimbangkan. Dengan ini diharapkan Gerindra mampu memberikan sumbangsih lebih pada negara. Lebih baik memberikan kontribusi di dalam dari pada di luar. 

Dalam dunia ini tidak ada yang abadi. Semua tergantung dari kepentingan. Saat kepentingan berbeda akan saling berseberangan. Namun, saat kepentingan sama maka akan berangkulan.

Mungkin, niat Prabowo bergabung itu baik. Tapi kita harus menyadari tugas utama para pemimpin adalah mengurusi atau memenuhi urusan umat. Bukan membagi kekuasaan dengan rival, lawan atau yang lainnya. 

Islam memberikan tempat yang jelas hak dan batil, bahwa keduanya tidak akan pernah bisa disatukan. Jika itu bentuknya kompromi, berarti mengambil jalan tengah. Jalan tengah yang dimaksud adalah mengkompromikan antara hak dan batil. Dan Allah telah melarang sebagaimana dalam firmanNya 

 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain),’ serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman dan kafir). Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Kami telah menyiapkan siksaan yang menghinakan untuk orang-orang yang kafir itu.” (QS An-Nisa’: 150-151)

Sehingga Islam tidak akan membiarkan kebatilan dan kebenaran bercampur. Demikian pula, ketika kita berpegang dalam keabadian (agama Allah). Maka, kita dijamin tidak akan tersesat. Karena yang abadi itu hanya Dzat Allah Yang Maha Kuasa. 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR Al Hakim, derajat: shahih).

Maka, jika kita mengharapkan sesuatu dari manusia, suatu saat kita akan merasa kecewa. Karena manusia hanya makhluk biasa.

Ia akan mudah goyah apalagi jika diiming-imingi harta atau tahta. Hanya manusia yang benar-benar berpegang teguh pada Alquran dan Sunnahlah yang tidak akan mengecewakan kita. Wallahu a'lam bishowab.

Pengirim: Henyk Nurwidaryanti

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement