Jumat 15 Jul 2022 18:39 WIB

25 Juta Anak Lewatkan Vaksinasi Rutin Akibat Pandemi

Penurunan cakupan vaksinasi jadi kemunduran berkelanjutan dalam satu generasi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Jarum suntik dan perban warna-warni disiapkan ketika anak-anak dari sekolah setempat bersiap untuk mendapatkan vaksin COVID-19 di Pittsfield, Mass., pada Senin 13 Desember 2021. Sekitar 25 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi rutin yang melindungi dari penyakit yang mengancam jiwa pada tahun lalu.
Foto: Ben Garver/The Berkshire Eagle via AP
Jarum suntik dan perban warna-warni disiapkan ketika anak-anak dari sekolah setempat bersiap untuk mendapatkan vaksin COVID-19 di Pittsfield, Mass., pada Senin 13 Desember 2021. Sekitar 25 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi rutin yang melindungi dari penyakit yang mengancam jiwa pada tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 25 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi rutin yang melindungi dari penyakit yang mengancam jiwa pada tahun lalu. Kondisi ini dampak pandemi terus mengganggu perawatan kesehatan secara global.

Menurut angka baru yang dirilis oleh Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penambahan terjadi hingga dua juta lebih daripada pada 2020 dan enam juta lebih banyak daripada pra-pandemi pada 2019. UNICEF menggambarkan penurunan cakupan vaksinasi sebagai kemunduran berkelanjutan terbesar dalam vaksinasi anak dalam satu generasi.

Baca Juga

Kondisi tersebut membawa tingkat cakupan vaksinasi kembali ke tingkat yang tidak terlihat sejak awal 2000-an. Banyak yang berharap pada 2021 akan pulih setelah tahun pertama pandemi, tetapi situasinya sebenarnya memburuk, menimbulkan pertanyaan tentang upaya mengejar ketinggalan.

"Saya ingin mengatasi urgensinya. Ini adalah krisis kesehatan anak," kata spesialis imunisasi senior UNICEF Niklas Danielsson.

Badan tersebut mengatakan, fokus pada gerakan imunisasi Covid-19 pada 2021 serta perlambatan ekonomi dan tekanan pada sistem perawatan kesehatan telah menghalangi pemulihan yang lebih cepat untuk vaksinasi rutin. Cakupan menurun di setiap wilayah.

Hasil ini menggunakan data pengambilan tiga dosis suntikan difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3), termasuk anak-anak yang tidak mendapatkan suntikan sama sekali dan yang tidak mendapatkan salah satu suntikan dari tiga dosis yang diperlukan untuk perlindungan. Secara global, cakupan turun lima persen menjadi 81 persen tahun lalu.

Jumlah anak-anak "nol dosis" atau tidak menerima vaksinasi apa pun naik 37 persen antara 2019 hingga 2021. Kenaikan ini dari 13 juta menjadi 18 juta anak dengan sebagian besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Untuk banyak penyakit, lebih dari 90 persen anak-anak perlu divaksinasi untuk mencegah wabah. Sudah ada laporan tentang meningkatnya kasus penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dalam beberapa bulan terakhir, termasuk peningkatan 400 persen kasus campak di Afrika pada 2022.

“Jika kita tidak mengejar vaksinasi dengan cepat dan mendesak, kita pasti akan menyaksikan lebih banyak wabah,” kata Ephrem Tekle Lemango dari UNICEF.

Sebanyak 24,7 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak dan 14,7 juta lagi tidak mendapatkan dosis esensial kedua pada 2021. Cakupannya adalah 81 persen, terendah sejak 2008. Jumlahnya dihitung menggunakan data dari sistem kesehatan nasional di 177 negara. Lemango mengatakan, Yaman dan Afghanistan termasuk di antara negara-negara dengan wabah campak yang besar dan mengganggu dalam beberapa bulan terakhir. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement