Sabtu 16 Jul 2022 23:15 WIB

Covid-19 Picu Kemunduran Terburuk dalam Vaksinasi Anak-Anak

Sekurangnya 25 juta bayi kehilangan vaksin penyelamat nyawa.

Badan-badan PBB memperingatkan bahwa cakupan vaksinasi global terus menurun pada 2021. Sekurangnya 25 juta bayi kehilangan vaksin penyelamat nyawa.
Foto: ANTARA/Feny Selly
Badan-badan PBB memperingatkan bahwa cakupan vaksinasi global terus menurun pada 2021. Sekurangnya 25 juta bayi kehilangan vaksin penyelamat nyawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan vaksinasi anak-anak paling signifikan dalam 30 tahun terakhir. Laporan diperoleh menurut data resmi yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF, Jumat (15/7/2022).

Badan-badan PBB memperingatkan, cakupan vaksinasi global terus menurun pada 2021. Sekurangnya 25 juta bayi kehilangan vaksin penyelamat nyawa.

"Perencanaan dan penanganan Covid-19 juga harus berjalan seiring dengan vaksinasi untuk penyakit mematikan seperti campak, pneumonia, dan diare. Dimungkinkan untuk melakukan keduanya," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip laman Anadolu Agency, Sabtu (16/7/2022).

Persentase anak-anak yang menerima tiga dosis vaksin terhadap difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3), turun 5 poin persentase antara 2019 dan 2021 menjadi 81 persen. Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk peningkatan jumlah anak yang hidup dalam konflik dan lingkungan yang rapuh.

Dua juta lebih anak-anak tidak divaksin pada 2020 dan 6 juta lebih banyak dari pada 2019. Ini menyoroti meningkatnya jumlah anak-anak yang berisiko dari penyakit yang dapat dicegah.

Informasi yang salah juga meningkat, seiring dengan masalah terkait Covid-19 seperti gangguan layanan dan rantai pasokan, pengalihan sumber daya ke upaya respons, dan langkah-langkah yang membatasi akses dan ketersediaan layanan imunisasi. PBB mengatakan 18 juta dari 25 juta anak yang tidak menerima dosis tunggal DTP tahun lalu tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

India, Nigeria, Indonesia, Ethiopia dan Filipina mencatat jumlah tertinggi. Myanmar dan Mozambik adalah di antara negara-negara dengan peningkatan relatif paling signifikan dalam jumlah anak yang tidak menerima vaksin tunggal antara 2019 dan 2021.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement