Senin 18 Jul 2022 13:55 WIB

Korut Klaim 99 Persen Pasien Covid-19 Sembuh

Korut menyatakan dalam jalur yang tepat untuk meredakan krisis akibat wabah Covid-19.

Rep: Dwina Agustin/Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Pejalan kaki menyeberang jalan di Mirae Scientist St. di Pyongyang, Korea Utara, Selasa, 5 Juli 2022. Korea Utara berada di jalur yang tepat untuk akhirnya meredakan krisis yang berasal dari wabah pertama Covid-19.
Foto: AP Photo/Jon Chol Jin
Pejalan kaki menyeberang jalan di Mirae Scientist St. di Pyongyang, Korea Utara, Selasa, 5 Juli 2022. Korea Utara berada di jalur yang tepat untuk akhirnya meredakan krisis yang berasal dari wabah pertama Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara berada di jalur yang tepat untuk akhirnya meredakan krisis yang berasal dari wabah pertama Covid-19. Sedangkan negara lain sedang memerangi gelombang infeksi baru yang didorong oleh subvarian Omicron.

Korea Utara mengatakan 99,98 persen dari 4,77 juta pasien demam sejak akhir April telah pulih sepenuhnya. Hanya saja kurangnya pengujian membuat pemerintah belum merilis angka untuk warga terbukti positif Covid-19 dan memilih menggunakan istilah demam.

Baca Juga

"Kampanye anti-epidemi ditingkatkan untuk akhirnya meredakan krisis sepenuhnya," kata laporan kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA.

Laporan itu menyatakan, bahwa Korea Utara telah melaporkan hanya 310 orang lagi dengan gejala demam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meragukan klaim Korea Utara soal keberhasilan menangani Covid-19. Badan kesehatan PBB ini bulan lalu menyatakan, situasinya semakin buruk, bukan lebih baik sebab tidak adanya data independen.

Deklarasi Korea Utara bisa menjadi awal untuk memulihkan perdagangan yang lama terhambat oleh pandemi. "Di bawah tren saat ini, Korea Utara dapat mengumumkan dalam waktu kurang dari sebulan bahwa krisis Covid-nya telah berakhir dan itu bisa menjadi awal untuk melanjutkan perdagangan lintas batas," kata  direktur pusat studi Sejong Institute North Korea di Korea Selatan Cheong Seong-chang.

Analis mengatakan, Korea Utara yang otoriter telah menggunakan pandemi untuk memperketat pengawasan sosial yang sudah ketat. Pyongyang menyalahkan wabahnya pada hal-hal asing di dekat perbatasannya dengan Korea Selatan, mendesak rakyatnya untuk menghindari apa pun yang datang dari luar.

Kasus demam baru harian di Korea Utara yang dilaporkan oleh KCNA telah menurun sejak negara tertutup itu pertama kali mengakui pada pertengahan Mei. Korea Utara mengatakan sedang menjalankan pemeriksaan medis intensif secara nasional, dengan tes PCR harian pada air yang dikumpulkan di daerah perbatasan di antara langkah-langkah tersebut.

Korea Utara juga mengatakan, telah mengembangkan metode baru untuk mendeteksi virus dan variannya dengan lebih baik, serta penyakit menular lainnya, seperti cacar monyet. Klaim Korea Utara tentang "stabilitas anti-epidemi" datang ketika negara-negara Asia lainnya bergulat dengan gelombang infeksi baru.

China melaporkan 691 kasus baru pada Sabtu (16/7/2022), dengan infeksi menular lokal pada puncaknya sejak 23 Mei. Sedangkan Korea Selatan melaporkan lonjakan infeksi Covid-19 harian di atas 40.000 untuk pertama kalinya dalam dua bulan pada pekan lalu. Pihak berwenang dan para ahli memperkirakan ratusan ribu kasus baru dalam beberapa minggu mendatang.

Jepang juga memperingatkan bahwa gelombang infeksi baru tampaknya menyebar dengan cepat. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyerukan perhatian khusus menjelang liburan musim panas sekolah.

Sebanyak 16.878 kasus baru di Tokyo pada pekan lalu dan tertinggi sejak Februari. Sementara penghitungan nasional naik di atas 90.000 dan lonjakan infeksi baru-baru ini menuju tingkat yang tidak terlihat sejak awal tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement