REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Palestina pada Selasa mengumumkan bahwa 16,802 pelajar telah syahid dan 26,638 lainnya terluka di Gaza dan Tepi Barat sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara fasilitas pendidikan juga luluh lantak diserang Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa, Kementerian merinci bahwa lebih dari 16.664 pelajar tewas di Gaza saja, dan 25.728 lainnya terluka. Di Tepi Barat, 138 pelajar tewas dan 910 luka-luka, dan 760 pelajar lainnya ditangkap oleh pasukan Israel.
Jumlah korban di kalangan pendidik juga sangat besar: 926 guru dan staf administrasi tewas, dan 4.452 orang terluka di kedua wilayah. Setidaknya 199 anggota staf telah ditahan di Tepi Barat.
Kementerian melaporkan kerusakan parah pada infrastruktur pendidikan. Sebanyak 352 sekolah negeri rusak berat, 111 diantaranya hancur total. Selain itu, 91 sekolah negeri dan 89 sekolah yang dikelola UNRWA dibom atau dirusak.
Institusi pendidikan tinggi juga tidak luput dari dampaknya—20 institusi terkena dampak parah, dan 60 gedung universitas hancur total. Di Tepi Barat, 152 sekolah dan 8 universitas diserbu dan dirusak, termasuk penghancuran tembok pembatas di sekolah-sekolah di Jenin, Tulkarm, dan desa Bruqin dan Kafr al-Dik dekat Salfit.

Saat ini, sekitar 788.000 siswa di Gaza masih kehilangan akses terhadap sekolah dan universitas mereka. Untuk tahun kedua berturut-turut, siswa sekolah menengah di Gaza tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian akhir mereka.
Meskipun kondisinya sangat buruk, Kementerian telah meluncurkan 12 taman kanak-kanak untuk anak-anak pengungsi di Jenin, Tulkarem, dan Qabatiya. Sementara itu, ujian sekolah menengah sedang berlangsung di Tepi Barat—termasuk Yerusalem—dan di 37 negara di luar negeri. Kementerian juga mengutuk penutupan enam sekolah yang dikelola UNRWA di Yerusalem dan sekitarnya oleh Israel, yang telah ditutup sejak 8 Mei.