Ahad 24 Jul 2022 17:51 WIB

Israel Peringatkan Rusia Agar tak Bubarkan Badan Yahudi

Pembubaran akan memicu dampak negatif hubungan Rusia-Israel.

Yair Lapid.l
Foto: Anadolu Agency
Yair Lapid.l

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid memperingatkan Rusia agar tidak menutup Badan Yahudi di negara tersebut. Dia mengatakan, langkah demikian akan menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan bilateral Moskow dan Tel Aviv.

Lapid mengungkapkan, komunitas Yahudi di Rusia besar dan selalu muncul dalam setiap diskusi diplomatik bilateral kedua negara. “Menutup kantor Badan Yahudi akan menjadi peristiwa besar, yang akan memiliki konsekuensi pada hubungan itu,” kata kantor perdana menteri Israel dalam sebuah pernyataan, Ahad (24/7), dikutip laman Times of Israel.

Baca Juga

Otoritas srael akan mengutus delegasi diplomatik ke Moskow untuk melakukan pembicaraan setelah memperoleh persetujuan dari Rusia. Delegasi itu akan mencakup perwakilan dari Kantor Perdana Menteri, Dewan Keamanan Nasional, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehakiman, dan Kementerian Imigrasi.

Kementerian Kehakiman Rusia telah meminta pengadilan di Moskow untuk membubarkan cabang Badan Yahudi di negara tersebut. Badan Yahudi adalah organisasi nirlaba berbasis di Yerusalem yang mempromosikan imigrasi ke Israel.

Situs web pengadilan distrik Basmanny mengungkapkan, Kementerian Kehakiman Rusia mengajukan permintaan terkait pembubaran pada 15 Juli dan akan dibahas pada 28 Juli. “Pengadilan menerima gugatan yang diajukan oleh departemen utama Kementerian Kehakiman di Moskow yang meminta pembubaran Badan Yahudi,” kata pengadilan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita Rusia RIA, Kamis (21/7).

Juru bicara pengadilan, Ekaterina Buravtsova, mengungkapkan, permintaan pembubaran Badan Yahudi dibuat setelah adanya pelanggaran hukum. Namun dia tak menjelaskan secara terbuka pelanggaran apa yang dimaksud. Sidang pendahuluan kasus tersebut diagendakan digelar pada 28 Juli.

Badan Yahudi adalah organisasi nirlaba Yahudi terbesar di dunia. Sejalan dengan sikap Israel, mereka sempat mengkritik keputusan Rusia menyerang Ukraina. Pada 5 Juli lalu, Jerusalem Post sempat melaporkan bahwa otoritas Rusia mencurigai Badan Yahudi secara ilegal menghimpun data tentang warga Rusia. Menurut data pemerintah Israel, terdapat sekitar 7.000 Yahudi yang bermigrasi dari Rusia ke Israel tahun lalu.

Hubungan Rusia dan Israel mulai tak harmonis sejak Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, memiliki darah Yahudi. Hal tersebut diungkapkan Lavrov dalam wawancara dengan stasiun televisi Italia yang disiarkan pada 1 Mei lalu.  

Kala itu Lavrov mengatakan, meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky adalah Yahudi, hal itu tidak akan melemahkan Rusia untuk melanjutkan misi “denazifikasi” di Ukraina. Misi denazifikasi itu dipertanyakan oleh Zelensky. Menurut Lavrov, Zelensky sempat mengajukan argumen tentang jenis Nazisme apa yang dapat Ukraina miliki jika presiden sendiri adalah seorang Yahudi. “Saya bisa saja salah, tapi (Adolf) Hitler juga memiliki darah Yahudi,” ujar Lavrov menanggapi argumen Zelensky.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement