REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terus memaksimalkan upaya penanganan tumbuh kembang balita dan menargetkan nol stuntingpada 2024. Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi di Makassar, Ahad (24/7/2022), mengatakan angka stunting Kota Makassar adalah yang terendah di Sulawesi Selatan dan selama beberapa tahun angkanya terus menurun.
"Kita targetkan 'zero stunting' dan dibutuhkan peran serta seluruh masyarakat agar tidak ada lagi anak di Makassar bermasalah dengan tumbuh kembangnya," ujarnya.
Fatmawati mengatakan, angka stunting di Makassar selama beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Data yang diterimanya dari Dinas Kesehatan Makassar menunjukkan angka stunting turun signifikan, pada 2020 sebesar 10 persen, turun menjadi 9 persen pada 2021, dan pada 2022 tinggal 5 persen.
Sementara angka prevalensi stunting di Sulsel juga mulai turun secara bertahap dan pada 2021 menjadi 20,92 persen atau turun 9,08 persen dibanding 2020 yang mencapai 30 persen.
"Alhamdulillah dari tahun ke tahun itu turun secara signifikan. Dulu kita pernah pada angka 10 persen, kemudian turun menjadi 9 persen, dan sekarang tinggal 5 persen. Paling rendah di Sulsel," katanya.
Ia mengatakan, meski secara data angka stunting Kota Makassar paling rendah di antara 24 kabupaten dan kota se-Sulawesi Selatan, namun pihaknya tidak ingin petugas kesehatan dan kader posyandu lengah. Melalui program gerebek stunting, Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi bersama "stakeholder" terkait rutin turun memantau kasus stunting di puskesmas.
Salah satu yang dikunjungi yaitu Puskesmas Antang di Jalan Antang Raya, Kecamatan Manggala. Ia didampingi Asisten III Bidang Administrasi Umum Kota Makassar Mario Said. Turut mendampingi pula Kepala Dinas Kesehatan dr Nursaidah Sirajuddin, Kepada Badan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Chaidir, dan Camat Manggala Andi Fadli.
Pada kesempatan tersebut, Fatmawati menekankan pentingnya peran masyarakat khususnya keluarga dalam membantu pemerintah kota menekan angka stunting. Menurutnya, tumbuh kembang anak Kota Makassar harus menjadi perhatian serius semua pihak, karena tongkat estafet kepemimpinan nantinya ada pada mereka.
"Jadi terlalu jauh kita bercerita tentang kemajuan Kota Makassar, kalau masih ada anak-anak kita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Jadi hari ini kita sepakat saling bahu-membahu dalam penanganan stunting," tuturnya.
Tidak hanya itu, Fatmawati juga membagikan makanan tambahan untuk balita. Ia berharap tidak ada lagi anak yang mengalami kurang gizi, gizi buruk, atau bahkan stunting di Kecamatan Manggala.
"Data yang kita terima ada 42 anak di Puskesmas Antang yang menjadi sasaran kita karena tumbuh kembang kurang, gizinya kurang, bahkan ada yang masuk dalam kategori gizi buruk stunting," katanya.
Sementara, Kepala Puskesmas AntangRoslyna Abubakar mengatakan jumlah stunting di wilayah kerja Puskesmas Antang mencapai 42 anak. Jumlah itu tersebar di dua kelurahan, yaitu 20 anak di Kelurahan Antang dan 22 anak di Kelurahan Bitowa, Kecamatan Manggala.
"Ini sudah mendapatkan intervensi dari pengelola gizi Puskesmas Antang," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Makassar dr.Nursaidah Sirajuddin menyebut upaya penanganan stuntingdi Kota Makassar terus menunjukkan progres yang positif. Hal itu dilihat dari data yang dirilis melalui e-PPGBM atau aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat. Untuk mencapai target "zero stunting", ia mengajak seluruh masyarakat khususnya ibu hamil untuk memerhatikan asupan gizi selama kehamilan. Termasuk juga ibu yang memiliki balita diimbau untuk selalu memantau tumbuh kembang anak. Apalagi pada usia dua tahun ke atas.
"Jadi salah satu penyebab stunting itu kurangnyaasupan gizi ibu saat hamil dan melahirkan. Setelah itu kita pantau juga perkembangan anaknya sampai umur dua tahun, karena stunting baru terlihat kalau usianya sudah dua tahun lebih," ucapnya.