REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban sedang menyelidiki klaim Amerika Serikat (AS), terkait pembunuhan pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri dalam serangan pesawat tak berawak di Kabul. Seorang pejabat Taliban pada Kamis (4/8/2022) mengatakan, mereka tidak mengetahui kehadiran Zawahiri di Kabul.
"Kepemimpinan (Taliban) tidak mengetahui apa yang diklaim (oleh AS), atau jejak apa pun di sana. Sekarang investigasi sedang berlangsung untuk mengetahui kebenaran klaim tersebut," ujar juru bicara Taliban, Suhail Shaheen yang berbasis di Doha.
Shaheen menambahkan bahwa, hasil investigasi akan dibagikan kepada publik. Sejauh ini, para pemimpin Taliban masih belum berkomentar terkait serangan pesawat tak berawak AS tersebut. Mereka juga belum mengkonfirmasi kehadiran atau kematian Zawahiri di Kabul. Para pemimpin tinggi Taliban telah mengadakan diskusi panjang tentang bagaimana menanggapi serangan pesawat tak berawak AS itu.
Amerika Serikat membunuh Zawahiri dengan rudal yang ditembakkan dari pesawat tak berawak, ketika dia berdiri di balkon di tempat persembunyiannya pada Ahad (31/7/2022) pagi di Kabul. Ini menjadi pukulan terbesar bagi Alqaeda sejak kematiam Osama bin Laden lebih dari satu dekade lalu.
Seorang pejabat senior AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Washington akan terus menargetkan Alqeda di Afghanistan. Hal ini bertujuan untuk memastikan negara itu tidak lagi menjadi tempat perlindungan bagi teroris yang berkomplot melawan Amerika Serikat.
"Kami akan tetap waspada dan mengambil tindakan yang diperlukan, seperti yang kami lakukan minggu ini. Pemerintahan Presiden Joe Biden masih akan terlibat dengan Taliban jika dapat membantu memajukan kepentingan Amerika," kata pejabat itu.
Zawahiri adalah seorang dokter asal Mesir, yang terlibat dalam serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Dia merupakan salah satu orang yang paling dicari di dunia.
Kematian Zawahiri di Kabul menimbulkan pertanyaan tentang apakah ia menerima perlindungan dari Taliban. Sebelumnya Taliban telah meyakinkan Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan membiarkan kelompok-kelompok militan berkembang di Afghanistan. Hal ini menjadi bagian dari perjanjian yang ditandatangani antara Taliban dan AS pada 2020 terkait penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Taliban melanggar perjanjian dengan menampung dan melindungi Zawahiri. Sementara Shaheen mengatakan, Taliban berkomitmen pada perjanjian yang ditandatangani bersama AS di Doha, Qatar.