Jumat 05 Aug 2022 23:03 WIB

Protes anti-AS Meletus di Afghanistan

Demonstran memprotes serangan drone AS yang tewaskan Ayman Al-Zawahiri.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
FILE - Dalam file gambar ini dari televisi yang disiarkan oleh saluran berita Arab Al-Jazeera pada 30 Januari 2006, wakil pemimpin al-Qaida saat itu Ayman al-Zawahri menunjuk ke arah kamera. Al-Zawahri, pemimpin tertinggi al-Qaida, dibunuh oleh AS selama akhir pekan di Afghanistan. Presiden Joe Biden dijadwalkan untuk berbicara tentang operasi pada Senin malam, 1 Agustus 2022, dari Gedung Putih di Washington.
Foto: AP/Al-Jazeera
FILE - Dalam file gambar ini dari televisi yang disiarkan oleh saluran berita Arab Al-Jazeera pada 30 Januari 2006, wakil pemimpin al-Qaida saat itu Ayman al-Zawahri menunjuk ke arah kamera. Al-Zawahri, pemimpin tertinggi al-Qaida, dibunuh oleh AS selama akhir pekan di Afghanistan. Presiden Joe Biden dijadwalkan untuk berbicara tentang operasi pada Senin malam, 1 Agustus 2022, dari Gedung Putih di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ratusan warga Afghanistan membawa spanduk anti-Amerika pada Jumat (5/8/2022). Tindakan ini dilakukan untuk memprotes serangan pesawat tak berawak AS yang menurut Washington menewaskan pemimpin Alqaidah Ayman Al-Zawahiri.

Protes diluncurkan sehari setelah Taliban mengatakan pemerintah mereka tidak memiliki informasi tentang Zawahiri "masuk dan tinggal" di ibu kota Kabul. Mereka memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak pernah mengulangi serangan di tanah Afghanistan.

Baca Juga

Seperti dilansir dari Arab News, Jumat (5/8/2022), foto-foto yang dibagikan di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa di setidaknya tujuh provinsi Afghanistan membawa spanduk bertuliskan "Ganyang AS", "Joe Biden, berhenti berbohong", dan "Amerika pembohong."

Zawahiri, pemimpin tertinggi kelompok militan garis keras, tewas dengan rudal yang ditembakkan dari pesawat tak berawak saat dia berdiri di balkon di tempat persembunyiannya di Kabul pada hari Ahad lalu. Ini menjadi pukulan terbesar bagi para militan sejak tembakan US Navy SEALS dan meninggalnya Osama bin Laden lebih dari satu dekade lalu.

Kematian Zawahiri di Kabul menimbulkan pertanyaan tentang apakah dia menerima perlindungan dari Taliban, yang telah meyakinkan Amerika Serikat sebagai bagian dari perjanjian 2020 tentang penarikan pasukan pimpinan AS bahwa mereka tidak akan menampung kelompok-kelompok militan lainnya.

Taliban memperingatkan Washington, jika insiden seperti itu terulang lagi dan jika wilayah Afghanistan dilanggar, maka tanggung jawab atas konsekuensi apa pun akan ada di Amerika Serikat.

Taliban memperoleh kendali penuh atas Afghanistan pada 15 Agustus tahun lalu setelah pasukan asing yang dipimpin AS menarik diri dari negara tersebut. Ditambah juga ketika para pemimpin tinggi Afghanistan termasuk presiden negara itu melarikan diri, hal ini menandai berakhirnya perang selama dua dekade.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement