Ahad 07 Aug 2022 19:35 WIB

Ini Risiko Ekonomi yang Bisa Timbul Akibat Ketegangan Taiwan-China

Hubungan Taiwan dan China berada di titik terburuknya dalam beberapa dekade

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Hubungan Taiwan dan China berada di titik terburuknya dalam beberapa dekade. Ilustrasi.
Foto: AP/Chiang Ying-ying
Hubungan Taiwan dan China berada di titik terburuknya dalam beberapa dekade. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Hubungan Taiwan dan China berada di titik terburuknya dalam beberapa dekade. Akan tetapi para pengamat ekonomi belum melihat skenario terburuk.

Dikutip dari Yahoo Finance pada Ahad (7/8/2022), industri semi-konduktor yang penting bagi perekonomian Taiwan tidak kena sanksi. Sementara blokade China terhadap Taiwan diperkirakan akan usai pada akhir pekan ini.

Baca Juga

Namun Gedung Putih dan pengamat menilai tidak berarti perekonomian Taiwan dan pasar dunia bebas dari dampak memanasnya kawasan Indo-Pasifik karena kunjungan Ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke pulau tersebut. "Kami tidak mencari atau menginginkan krisis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Kamis (4/8/2022) lalu. 

Namun ia menegaskan langkah China menggelar latihan militer telah mengikis status quo Selat Taiwan baik dalam isu ekonomi maupun militer. China diperkirakan telah meluncurkan 11 rudal balistik ke arah Taiwan untuk memamerkan kekuatannya. Langkah itu dilakukan merespons kunjungan Pelosi yang merupakan pejabat tertinggi AS yang berkunjung ke Taiwan dalam 25 tahun.

China menggelar latihan militer di sekeliling Taiwan dan telah dengan efektif menjadi blokade militer. Akan tetapi dampak ekonomi ketegangan militer mungkin akan terbatas apabila China akhirnya menarik mundur kapal perang mereka sesuai jadwal yakin pada akhir pekan ini.

Beberapa maskapai melakukan penyesuaian dengan membatalkan penerbangan ke Taipei. Sementara yang lain melanjutkan penerbangan tapi menghindari ruang udara yang disengketakan di sekitar Taiwan.

Keluar masuk kapal yang saat ini terhenti diperkirakan akan segera kembali normal. Salah satu konsekuensi ekonomi jangka panjangnya kapal-kapal akan enggan untuk berlayar di sekitar Taiwan terutama jika China terus mengungkapkan kesukaannya ada kapal yang lewat selat tersebut.

"Anda dapat dengan mudah membayangkan jika jalur keluar dan masuk kapal Taiwan terancam dalam berbagai cara (kemudian tarif asuransi dapat naik) dan itu sesuatu yang penting," kata peneliti senior Center for International Security and Cooperation di Stanford, Herbert Lin pada Yahoo Finance.

Dalam kunjungannya, Pelosi menekankan penguatan hubungan ekonomi dan perdagangan AS dan Taiwan. "Undang-undang chip dan sains kami akan sangat membantu perekonomian dua negara kami, serta sebagai ungkapan dukungan kami pada kerangka kerja perdagangan abad-21," katanya.

Bidang lain yang dipantau adalah operasi siber China terhadap Taiwan. Selama bertahun-tahun China dan sekutu-sekutunya dituduh menggelar serangan siber untuk mengganggu perekonomian dan masyarakat Taiwan.

Sebagai bentuk keberatannya pada kunjungan Pelosi, beberapa hari China banyak menggelar serangan siber. Mulai dari kantor kepresidenan sampai toko mini-swalayan 7-Eleven diserang. Kini apakah China akan meningkatkan serangannya atau apakah AS terbawa dalam konflik tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement