REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Musim panas yang memicu kebakaran hutan telah memusnahkan hampir 660 ribu hektare lahan di Eropa. Angka itu dihitung sejak Januari lalu.
Sistem Informasi Kebakaran Hutan Eropa (EFFIS) mengungkapkan, sejauh ini, sekitar 659.541 hektare lahan hancur akibat kebakaran hutan. Menurut EFFIS, angka itu merupakan rekor sejak pengumpulan data dimulai pada 2006.
EFFIS mengatakan, Spanyol menjadi negara yang paling parah menghadapi kebakaran hutan. Lahan seluas 244.924 hektare di sana hangus dilalap kobaran api. Rumania berada di bawah Spanyol dengan kerusakan lahan seluas 150.528 hektare dan disusul Portugal dengan 77.292 hektare.
EFFIS menggunakan data satelit dari EU’s Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS). “Pada 2022, ini sudah merupakan tahun rekor, tepat di bawah 2017,” ungkap koordinator EFFIS Jesus San-Miguel, dilaporkan Euronews.
Pada 2017, 420.913 hektare lahan di Eropa terbakar per 13 Agustus. Luasnya meningkat menjadi 988.087 hektare pada akhir tahun tersebut. “Situasi dalam hal kekeringan dan suhu yang sangat tinggi telah mempengaruhi seluruh Eropa tahun ini dan situasi keseluruhan di kawasan ini mengkhawatirkan, sementara kita masih berada di tengah musim kebakaran,” kata Jesus San-Miguel.
“Musim kebakaran secara keseluruhan di Uni Eropa benar-benar didorong terutama oleh negara-negara di kawasan Mediterania, kecuali pada tahun-tahun seperti ini, di mana kebakaran juga terjadi di kawasan tengah dan utara,” tambah San-Miguel.
Pada Jumat (12/8/2022) lalu CAMS telah memperingatkan bahwa sebagian besar negara di Eropa Barat sekarang berada dalam bahaya kebakaran ekstrem. Kebakaran hutan tahun ini telah memaksa penduduk Eropa, termasuk di Austria, Kroasia, Prancis, Yunani, Italia, dan Prancis, meninggalkan rumah mereka. Tak hanya melenyapkan lahan, kebakaran juga menghancurkan bangunan atau rumah warga.
Eropa telah mengalami serangkaian gelombang panas, kebakaran hutan, dan kekeringan bersejarah. Menurut para ahli, fenomena itu didorong oleh perubahan iklim.