Kamis 18 Aug 2022 13:31 WIB

Gus Yahya Apresiasi Program NU Women Gagasan Erick Thohir

Gus Yahya setuju jika perempuan-perempuan NU perlu diberikan ruang untuk berkembang.

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Agung Sasongko
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (kedua kanan) menunjukkan dokumen nota kesepahaman antara Kementerian BUMN dengan PBNU terkait pengembanganan wirausaha di lingkungan NU dan lingkungan santri saat puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 NU di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022). Harlah ke-99 NU itu mengusung tema Menyongsong 100 Tahun NU Merawat Jagat Membangun Peradaban.
Foto: Antara/Vina
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (kedua kanan) menunjukkan dokumen nota kesepahaman antara Kementerian BUMN dengan PBNU terkait pengembanganan wirausaha di lingkungan NU dan lingkungan santri saat puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 NU di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022). Harlah ke-99 NU itu mengusung tema Menyongsong 100 Tahun NU Merawat Jagat Membangun Peradaban.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau karib disapa Gus Yahya mengapresiasi program NU Women gagasan Menteri BUMN Erick Thohir. Gus Yahya setuju jika perempuan-perempuan NU perlu diberikan ruang untuk berkembang.

Gus Yahya menceritakan jika pada Muktamar ke-13 yang dilakukan di Banten, untuk pertama kalinya, dua perempuan NU menyampaikan gagasan di hadapan para ulama dari seluruh daerah di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan jika keberadaan perempuan sangat diperhatikan di lingkungan NU.

Baca Juga

"Pada 1938 di dalam Muktamar di Menes. Di Menes itu diizinkan oleh muktamar naik ke panggung dan berpidato. Dua orang nyai, yaitu Nyai Djuaesih dan Nyai Siti Syarah naik ke panggung dan berpidato," ujar Gus Yahya.

Ia menceritakan pada saat itu, Nyai Djuaesih dan Nyai Siti menuntut kesetaraan pendidikan bagi perempuan-perempuan NU. Peristiwa tersebut juga yang mempelopori betapa pentingnya perempuan bagi NU.

“Berpidato di depan kiai-kiai yang laki-laki semuanya. Pidato dua orang nyai itu menuntut kesetaraan hak bagi perempuan-perempuan NU untuk mendapatkan pendidikan,” tutur Gus Yahya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement