REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara tidak akan pernah menerima proposal bantuan ekonomi Korea Selatan dengan imbalan menyerahkan senjata nuklir. Ini adalah pertama kalinya Korea Utara memberikan komentar langsung terkait "rencana berani" Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol tersebut.
"Memikirkan bahwa rencana barter kerja sama ekonomi untuk kehormatan kita, nuklir, adalah mimpi besar, harapan dan rencana (Presiden) Yoon, kita menyadari bahwa dia benar-benar sederhana dan masih kekanak-kanakan. Tidak ada yang menukar takdirnya dengan kue jagung," ujar saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong, dikutip KCNA.
Pada Rabu (17/8/2022), Yoon kembali menegaskan, Korea Selatan bersedia memberikan bantuan ekonomi bertahap ke Korea Utara, jika negara itu mengakhiri pengembangan senjata nuklir dan memulai denuklirisasi. Pernyataan ini diungkapkan dalam konferensi pers untuk menandai 100 hari pertama Yoon sebagai presiden.
"Meskipun dia mungkin mengetuk pintu dengan rencana besar apa di masa depan karena 'rencana beraninya' tidak berhasil, kami menjelaskan bahwa kami tidak akan duduk berhadap-hadapan dengannya," kata Kim Yo-jong.
Para ahli mengatakan, rencana ekonomi terbaru Korea Selatan mirip dengan proposal yang diajukan oleh presiden sebelumnya. Termasuk selama pertemuan puncak antara mantan Presiden Donald Trump Kim Jong-un.
"Inisiatif Yoon menambah daftar panjang tawaran gagal yang melibatkan janji Korea Selatan untuk memberikan manfaat ekonomi bagi Korea Utara. Ini adalah asumsi yang sama di balik serangkaian upaya gagal untuk memulai pembicaraan denuklirisasi," ujar seorang rekan senior di think tank Dewan Hubungan Luar Negeri, Scott Snyder.
Menurut Snyder, tingkat kerentanan ekonomi Korea Utara akan membuat para pemimpin semakin resisten terhadap proyek infrastruktur yang diusulkan Korea Selatan. Sementara itu, Korea Utara melakukan uji coba menembakkan dua rudal jelajah ke laut pada Rabu. Ini adalah uji coba pertama dalam dua bulan. Uji coba ini terjadi setelah Korea Utara menyatakan kemenangan melawan Covid-19.