Senin 29 Aug 2022 14:14 WIB

Peleburan BNI dan BTN, tidak Urgent

Saat ini kedua bank telah memiliki fokus bisnis yang sangat tepat

BNI
Foto: ,
BNI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu mengenai peleburan BNI dengan BTN semakin menyorot perhatian. Pengamat pasar modal menilai tidak ada urgensi bagi pemerintah untuk menggabung BNI dengan BTN. 

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus berpendapat tidak ada kebutuhan yang mendesak bagi pemerintah untuk menggabungan BNI dengan BTN. Menurutnya, saat ini kedua bank telah memiliki fokus bisnis yang sangat tepat sehingga dan masih mampu mengoptimalkan bisnis masing-masing.

BTN fokus pada properti, sedangkan itu BNI fokus pada UMKM dan korporasi. Bahkan, BNI juga sedang membesarkan bisnis di luar negeri.  

“BTN memiliki pangsa pasar sendiri dan BNI juga memiliki pangsa pasar sendiri,” kata Maximilianus, Sabtu (27/8/2022). 

Dia berpendapat meski secara permodalan saat ini BTN lebih kecil dibandingkan dengan BNI, tetapi BTN masih cukup baik untuk bersaing dengan bank-bank besar. 

BTN juga tengah berencana melakukan rights issue yang akan membuat modal mereka bertambah tanpa perlu merger dengan bank BUMN lainnya. 

“Jadi dari sisi permodalan juga sudah cukup,” kata Maximilianus, dalam siaran persnya. 

Maximilianus berpendapat bahwa rencana penggabungan BNI dengan BTN tidak bisa disamakan dengan penggabungan BNI Syariah, BRI Syariah dan Mandiri Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia. 

Ketiga bank syariah tersebut memiliki porsi yang kecil, sehingga dengan digabungkan akan lebih baik dan dapat mendorong penetrasi bank BUMN di pasar syariah. Hal tersebut dapat tercapai karena ketiganya mengincar pasar yang sama yaitu ekonomi islam.  Adapun untuk kasus BNI dan BTN, keduanya memiliki fokus bisnis yang berbeda

Dia menambahkan meski tidak terlalu mendesak untuk digabungka, mungkin pemerintah memiliki pertimbangan lain untuk menggabungkan kedua bank BUMN tersebut. Terdapat nilai-nilai yang menurut pemerintah akan melahirkan bisnis yang baik. 

“Tentu akan membuat gabungan kedua perusahaan akan makin besar, sinergi akan makin kuat. Tetapi pertanyaanya, seberapa profit dengan penggabungan ini? hanya pemerintah yang bisa menjawab,” kata Maximilianus.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan Piter mengatakan bahwa kedua perbankan nasional ini sebenarnya memiliki tugas khusus di bidangnya masing-masing.

Tanpa harus bergabung, keduanya dikatakan dapat berdiri sendiri dan bahkan lebih besar dengan cara yang lain, bukan dengan cara akuisisi.

"BNI bisa lebih besar tanpa harus mengakuisisi BTN. Di sisi lain, BTN juga memiliki tugas khusus di bidang perumahan dan BTN justru harus lebih dikembangkan bukan dikerdilkan," ujar Piter.

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyampaikan pemerintah memiliki wacana untuk menyatukan BNI dengan BTN. Dalam rencana yang sedang dikaji, nantinya BNI akan mengakusisi BTN konvensional, dan BSI mengakuisisi BTN Syariah, dengan tujuan perampingan bank-bank milik negara. 

“Ada rencana tadinya itu kan untuk mempersedikit jumlah bank himbara, sehingga bank BTN itu syariahnya nanti diambil BSI, konvensionalnya diambil BNI, tetapi sekarang itu masih dalam tahap wacana itu," kata Ma'ruf.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement