REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD--Situs ikonik di Provinsi Sindh Pakistan seperti reruntuhan Mohenjo-Daro, Kot Diji, Ranikot mengalami kerusakan luas selama bencana banjir baru-baru ini. Terutama di Mohenjo-Daro, hujan lebat telah merusak area yang digali dan mengekspos yang terkubur di bawahnya dengan membuat alur di dalamnya, menurut laporan Dawn News.
Dilansir dari Gulf Today, Rabu (31/8/2022), air yang terkumpul telah merembes ke area yang digali, melonggarkan tanah dan akibatnya memiringkan dinding. Situs ini adalah satu antara benteng-benteng utama Peradaban Lembah Indus yang masih ada sejak 2.500 sebelum Masehi. Ini juga adalah salah satu koneksi terakhir yang tersisa yang dimiliki Pakistan dengan prasejarah.
The Mound of the Dead, salah satu fitur paling ikonik Mohenjo-Daro, ditutupi terpal biru. Hujan deras yang telah membuat sebagian besar wilayah Sindh tergenang juga tidak menyisakan reruntuhan ini, dan para pekerja berebut untuk memperkuat dinding penahan gundukan saat air merembes ke bagian-bagian situs yang belum digali, mengukir saluran saat mengalir.
Sementara pemerintah dan organisasi kesejahteraan berjuang untuk memberikan bantuan dan merehabilitasi ratusan ribu orang yang kehilangan tempat tinggal akibat hujan deras monsun, situs warisan dan arkeologi di seluruh provinsi juga sangat membutuhkan perbaikan.
Laporan yang berasal dari berbagai bagian provinsi melukiskan gambaran yang cukup suram. Benteng, makam yang melambangkan masa lalu yang gemilang di wilayah itu sekarang dikhawatirkan akan runtuh.
Selain itu, stupa Buddha di Thul Mir Rukan juga menjadi korban cuaca buruk karena gendangnya pecah. Banjir juga tidak luput merusak monumen Makli yang terkenal di Thatta dan Banbhore, keduanya adalah situs arkeologi yang terkenal secara internasional.