Senin 05 Sep 2022 11:58 WIB

Trump Sebut Biden Sebagai Musuh Negara

Donald Trump menyebut Joe Biden sebagai musuh negara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump  menyebut Joe Biden sebagai musuh negara.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyebut Joe Biden sebagai musuh negara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyebut Joe Biden sebagai musuh negara. Pernyataan ini diungkapkan Trump dalam sebuah pertemuan umum di Pennsylvania pada Sabtu (3/9/2022).

“Dia (Biden) musuh negara, jika Anda tahu yang sebenarnya. Musuh negara adalah dia (Biden) dan kelompok yang mengendalikannya,” kata Trump, dilansir Anadolu Agency, Senin (5/9/2022).

Trump membuat pernyataan itu sebagai tanggapan atas pidato nasional Biden pada Kamis (1/9/2022) di Philadelphia. Dalam pidato tersebut, Biden menyerang Trump dan pendukung setianya atau MAGA (Make America Great Again). Biden menuduh Trump dan Partai Republik MAGA sebagai ekstremis dan merupakan ancaman bagi "fondasi" AS.

“Tidak diragukan lagi bahwa partai Republik saat ini didominasi, didorong dan diintimidasi oleh Donald Trump dan MAGA Republicans.  Dan itu adalah ancaman bagi negara ini," kata Biden.

Pernyataan Biden memicu reaksi keras dari Partai Republik. Kemudian pada Jumat (2/9/2022) Biden menarik kembali beberapa pernyataannya. Dia mengatakan, pidatonya tidak bermaksud menyebut pendukung Trump sebagai ancaman bagi negara.

Menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan, Trump mempertimbangkan untuk mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada 2024. Kushner berpendapat, situasi di Amerika Serikat menjadi lebih baik selama Trump menjabat sebagai presiden.

“Dia benci melihat apa yang terjadi di negara ini. Di bawah kepemimpinannya ekonomi berjalan begitu baik. Dia menutup lubang ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, dan mengeluarkan kita dari pandemi dengan vaksin. Kita memiliki kedamaian di Eropa, kedamaian di dunia, dan Cina berada di belakang mereka," ujar Kushner.

Kushner menegaskan, perang di Ukraina tidak akan terjadi jika Trump masih menjabat sebagai presiden. Kushner mengatakan, Trump adalah seorang pemikir yang sangat fleksibel.

“Seperti yang saya katakan, Trump sulit untuk mengesampingkan apa pun. Dia seorang pemikir yang sangat fleksibel,” kata Kushner.

Kushner menepis kehebohan politik atas penggeledahan FBI di properti milik pribadi Trump, di Mar-a-Lago di Florida. Penggeledahan tersebut merupakan bagian dari penyelidikan terkait dokumen rahasia negara yang diambil oleh Trump ketika lengser dari Gedung Putih.

“Sepertinya masalah dokumen ini seharusnya bisa diselesaikan antara DOJ (Departemen Kehakiman) dan dia (Trump). Saya tidak tahu apa yang dia ambil atau apa yang tidak dia ambil. Saya telah melihat banyak tuduhan yang dibuat oleh media selama yang ternyata tidak benar," ujar Kushner.

FBI menemukan lebih dari 11 ribu dokumen dan foto pemerintah selama penggeledahan pada 8 Agustus di kediaman pribadi Trump di Florida. Menurut catatan pengadilan yang dibuka pada Jumat (2/9/2022), FBI juga menemukan 48 folder kosong yang diberi label "rahasia".

Salah satu catatan yang dirilis pada Jumat (2/9/2022) memberikan sedikit lebih banyak detail tentang 33 kotak dan barang-barang lain yang ditemukan FBI di Mar-a-Lago yang merupakan properti pribadi Trump. Penggerebekan FBI di kediaman pribadi Trump, sebagai bagian dari penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung terkait dugaan bahwa Trump secara ilegal menyimpan informasi rahasia negara.

FBI menemukan dokumen dengan tanda klasifikasi khusus yang bercampur dengan barang-barang lain seperti buku, majalah, dan kliping koran. FBI juga ditemukan hadiah dan pakaian.

Dari lebih dari 11 ribu catatan dan foto pemerintah, 18 dokumen diberikan label "top secret", 54 dokumen diberi label "secret" dan 31 dokumen diberi label "confendential". "Top secret" adalah tingkat klasifikasi tertinggi untuk rahasia negara yang paling dekat.

Selain itu, juga ditemukam 90 map kosong. Dari jumlah tersebut, 48 di antaranya bertanda "claasified". Sementara yang lain mengindikasikan bahwa mereka harus dikembalikan ke staf sekretaris/ajudan militer.  Tidak jelas mengapa folder itu kosong, atau apakah ada catatan yang hilang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement