REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum memberi kuliah umum acara Taaruf Mahasiswa Baru Unisba di Aula Utama Unisba, Jln Tamansari, Kota Bandung, Selasa (6/9/2022).
Tema yang diangkat adalah "Gagasan Pemuda Islam Harapan Ummat". Uu berharap, mahasiswa Unisba harus memiliki pembeda dengan mahasiswa lain. Yakni, di samping memiliki disiplin keilmuan yang sesuai dengan keahlian atau skillnya masing-masing juga memiliki budi pekerti dan moral yang mulia atau akhlakul karimah.
"Karena kita tahu moral dan akhlak adalah salah satu misi keislaman. Selain itu juga menjadi misi Pak Jokowi tentang pendidikan karakter termasuk menjadi tujuan pendidikan nasional. Dengan begitu, yang menjadi pembedanya adalah harus memiliki budi pekerti yang luhur," ujar Uu.
Uu berharap, mahasiswa Unisba tak terpengaruh dengan paham-paham yang bertentangan dengan agama. Seperti paham radikalisme, terorisme, dan intoleran.Menurut Uu, muslim ada tiga. Pertama muslim ambangan yaitu muslim tapi tidak melakukan amaliah kewajibannya, seperti puasa dan shalat. "Tapi, kalau disebut kafir mah ngambek," kata Uu.
Kedua, kata Uu, muslim sarungan. Mereka yang masuk dalam golongan ini adalah paham agama dan melaksanakan amal keislamannya, tapi ia tidak peduli terhadap Islam yang lain. Jika ada orang Islam yang dianiaya ia tidak peduli."Kelompok muslim yang kedua ini ia tidak peduli terhadap eksternal keislaman yang penting pribadinya baik, tapi tidak peduli dengan orang lain," kata Uu.
Ketiga, menurut Uu, muslim fundamental yaitu muslim yang paham agama. Kelompok ini adalah orang yang hebat amaliahnya dan ditambah peduli terhadap Islam. Di saat Islam yang dihinakan mereka bangkit. Jika ada muslim yang disakiti atau termarjinalkan mereka membela.
"Tapi dalam pembelaannya harus sesuai dengan aturan agama. Selain itu, tidak bertentangan dengan pemerintah dengan agama dan aturan yang berlaku," katnya.
Tapi Uu mengaku, saat ini ada yang menyempitkan penafsiran bahwa Islam fundamental yang memperjuangkan agama tapi bertentangan dengan agama dan darigama. "Bahkan yang fundamental ini disebut radikal, padahal kan tidak," katanya.
Oleh sebab itu, Uu berharap kepada mahasiswa sebagai agen perubahan harus benar-benar paham tentang nasionalisme tentang keagamaan dan memiliki jiwa patriotisme. Sehingga di saat ada masukan-masukan yang bertentangan dengan agama dia akan menolak dengan sendirinya.
"Saya juga meminta kepada civitas akademika, khususnya para dosen untuk terus membimbing mahasiswanya. Jangan terlalu membebaskan mahasiswa dengan sebebas-bebasnya tapi harus ada pemantauan," katanya
Sehingga, kata dia, jika ada mahasiswa melaksanakan kegiatan yang bertentangan agama bisa diketahui oleh dosen dan sivitas akademik-nya."Jika ada yang demikian, bisa langsung dilarang, kalau perlu dikeluarkan dari kampus," katanya.